PAREPARE, PIJARNEWS.COM— Ratusan orang tua atau wali mahasiswa baru (maba) tahun akademik 2018/2019 memadati gedung Auditorium IAIN Parepare dalam rangka menghadiri pertemuan orangtua/wali mahasiswa baru, Senin 10 September 2018. Pertemuan ini dihadiri oleh Rektor IAIN Parepare, para Wakil Rektor, para Ketua Jurusan, para kepala unit-unit kampus serta para dosen IAIN Parepare.
Pertemuan tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan Institut Agama Islam (IAIN) Parepare guna menjalin silaturahmi antara pihak civitas akademika kampus dengan para orangtua/wali mahasiswa serta memberi gambaran informasi mengenai IAIN Parepare.
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kelembagaan IAIN Parepare, Muhammad Djunaidi mengungkapkan jumlah keseluruhan mahasiswa baru tahun akademik 2018/2019 mencapai 1.851 orang dimana enam di antaranya merupakan mahasiswa asing dari Thailand.
“Mahasiswa-mahasiswa inilah yang akan mengikuti kegiatan akademik sebagai mahasiswa baru tahun akademik 2018/2019,” ungkapnya saat memberi laporan.
Muhammad Djunaidi juga menjelaskan kegiatan pertemuan dengan orang tua/wali mahasiswa baru merupakan tahapan ke tujuh dari segala rangkaian rekruitmen (penerimaan) mahasiswa baru IAIN Parepare.
Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan menjelaskan berbagai hal mulai dari kode etik mahasiswa sampai pada Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dibebankan kepada setiap mahasiswa.
“Biaya kuliah tunggal itu adalah biaya yang digunakan oleh anak-anak kita sampai selesai. Biaya kuliah tunggal ini dicicil setiap semester, itulah yang disebut dengan UKT (Uang Kuliah Tunggal) di dalamnya tidak ada lagi pembayaran lain seperti ujian, biaya KKN atau KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat) kecuali biaya makan (living cost),” jelas Ahmad.
Kampus IAIN Parepare, kata Ahmad, hadir untuk semua umat yang senantiasa menjaga empat pilar kebangsaan. NKRI harga mati, Bhinneka Tunggal Ika harus dipelihara, undang-undang dasar harus dijunjung tinggi, Pancasila harus mewarnai kehidupan kita dalam bernegara.
“Jangan sampai kita memiliki pikiran-pikiran yang menganggap Pancasila itu salah. Jangan memposisikan Pancasila itu sama posisinya dengan Alquran. Kita berada di negara yang Pancasila, mari kita saling menghormati, menghargai. Boleh ada perbedaan, tetapi kita harus tetap Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi tetap satu),” tutupnya sebelum mengakhiri sambutannya. (*)
Reporter : Hamdan
Editor: Dian Muhtadiah Hamna