OPINI-2 Mei adalah momentum yang tepat untuk menilik kembali bagaimana kondisi pendidikan di negara kita saat ini. Masih ada begitu banyak permasalahan pendidikan yang tak kunjung ditemukan solusinya mulai dari zaman baheula hingga saat sekarang ini, mulai dari kesejahteraan pendidik yang belum terlihat hilalnya hingga masalah administrasi pendidikan yang terasa mempersulit gerak pendidik lebih-lebih calon pendidik. Bukan hanya dari sisi tenaga pendidiknya saja, namun dari segi sarana dan prasarana sekolah/kampus pun juga masih belum merata. Banyak tempat belajar yang belum memiliki sarpras yang memadai sehingga proses terserapnya ilmu kepada peserta didik tidak terlalu menyeluruh. Di kalangan peserta didik sendiri pun masih ditemukan beberapa kesenjangan. Peserta didik yang seharusnya mengeluarkan segala upayanya untuk belajar tapi malah menenggelamkan diri dalam buaian asmara.
2 Mei adalah ajang berkontemplasi terhadap makna terdalam sebuah pendidikan. Hari ini adalah hari lahir Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Dalam pemikirannya, Ki Hajar Dewantara memaknai sebuah pendidikan haruslah bersifat humanis, memanusiakan manusia. Implikasi yang diharapkan dari pendidikan yang humanis adalah manusia dapat menjadi manusia yang seutuhnya. Manusia yang mampu menghargai sesamanya. Manusia yang:
- Tidak mengurangi jam pelajaran guru pada saat perhitungan gaji dan tidak terlambat menggaji guru hingga berbulan-bulan lamanya.
- Tidak hanya sekadar menggugurkan kewajibannya tanpa ada niat untuk membuat siswanya menjadi manusia paripurna.
- Tidak tinggi egonya ketika dinasehati karena kesalahannya.
2 Mei adalah cita-cita bangsa yang masih utopis. Ki Hajar Dewantara mengharapkan manusia dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya. Harapan tersebut bisa terwujud ketika bakat, minat, dan potensi manusia dapat dimaksimalkan. Berbagai macam permasalahan yang disinggung di paragraf-paragraf sebelumnya menghambat cita-cita ini sehingga harapan yang diinginkan bersama masih sebatas angan-angan. Tentunya pembaruan kurikulum yang dilakukan secara periodik memiliki tujuan yang mulia, yakni memperbaiki masalah yang ada berdasarkan interpretasi terhadap evaluasi kurikulum sebelumnya. Akan tetapi, di lain sisi, kemampuan orang-orang yang terlibat dalam sistem dalam mengikuti arus kurikulum baru berbeda-beda. Ada yang sigap, ada yang tertinggal.
2 Mei adalah waktu yang tepat untuk menguatkan Trisakti kita. Manusia memiliki tiga kekuatan utama (trisakti), demikianlah konsep yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara. Trisakti ini meliputi cipta, rasa, dan karsa. Pertama, mengenai cipta. Kemampuan mencipta bersumber dari pikiran. Sudah seharusnya kita mampu menciptakan inovasi-inovasi baru dalam segala sektor kehidupan agar bangsa ini bisa menuju negara yang maju, tidak stagnan dalam diksi negara berkembang saja. Kedua, kemampuan merasa juga harus lebih dikuatkan lagi karena selain makhluk educandum dan educandus, kita juga merupakan makhluk sosial. Empati sangat berperan besar dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan. Ketiga, mengenai karsa atau kemauan. Menurut B.J. Habibie, mau seberapa tinggi IQ seseorang, namun jika ia tidak memiliki kemauan untuk terus belajar dan kemauan untuk berkontribusi di tengah masyarakat, maka tidak ada gunanya juga. Trisakti inilah yang perlu dipertajam agar kita bisa menjadi manusia paripurna.
2 Mei adalah semangat baru bagi calon pendidik yang saat ini masih berada di bangku perkuliahan. Masa depan pendidikan Indonesia ada pada pundak orang-orang ini. Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah hanya dapat ditingkatkan melalui sektor pendidikan dan yang akan menanggung misi peningkatan SDM adalah bibit-bibit ini. Hendaknya mereka yang masih dalam proses menjadi pendidik benar-benar menguasai ilmu pendidikan dengan semaksimal mungkin agar cita-cita pendidikan yang masih menjadi utopia saat ini bisa terwujud. Sayangnya, mereka ini mudah terdistraksi dengan kondisi lingkungannya sehingga bangku perkuliahan yang sejatinya merupakan tempat penempaan diri tidak berfungsi dengan sempurna.
2 Mei adalah perwujudan semboyan Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut diartikan di depan memberi contoh, di tengah memberikan semangat, di belakang memberi dorongan. Seorang manusia harus selalu bisa memberikan energi positif di lingkungannya. Tak ada jalan mewujudkan ketiga semboyan tersebut selain dengan ilmu dan akhlak. Dari ketiga semboyan Ki Hajar Dewantara itu, semboyan Tut Wuri Handayani yang paling terkenal. Semboyan yang juga merupakan slogan dari lambang kemdikbudristek ini memiliki makna seseorang harus selalu memberikan dorongan atau motivasi untuk menjalani kehidupan dengan sebaik mungkin. Tulisan ini pun secara tersirat memberikan dorongan kepada semua yang terlibat dalam sistem pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dapat lebih baik lagi. (*)
Opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.