Oleh: Rahmaniar, S.Pd.I., M.Pd
Founder Taman Baca Madani Sidrap
Indonesia yang dikenal dengan negara sejuta pulau yang penuh dengan kekayaan serta kemajemukan yang terdiri dari ragam bahasa, suku, budaya, agama dan ras. Keragaman itu salah satunya disebabkan oleh penyebaran wilayah di berbagai pulau serta letak geografis Negara ini sangat luas. Sehingga masyarakat yang menetap di perkotaan, pegunungan, pesisir dan dataran rendah memiliki perbedaan yang variatif. Setiap daerah memiliki corak dan ciri khas budaya masing-masing yang menimbulkan pluralisme agama dan budaya. Fenomena keragaman budaya dan agama serta multietnik dikalangan masyarakat Indonesia telah ada sejak dahulu hingga saat ini. Fakta itu jelas dan tidak dapat kita hindari, mengingkarinya sama halnya dengan mengingkari adanya cahaya matahari di siang hari.
Menurut Menteri dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Indonesia memiliki 257.912.349 jiwa dengan predikat negara terpadat keempat di dunia dengan 1340 suku serta 1211 bahasa. Keanekaragaman yang ada di Indonesia merupakan kekayaan dan keindahan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Keragaman ini bisa menjadi suatu kekuatan besar untuk merealisasikan persatuan dan kesatuan nasional menuju Indonesia yang lebih baik.
Keragaman yang ada saat ini bisa menjadi kekuatan yang besar bagi bangsa Indonesia jika semua elemen bangsa Indonesia dapat mengelola dengan baik keragaman tersebut, tapi juga sangat berpotensi menjadi kelemahan bangsa Indonesia jika semua elemen bangsa Indonesia tidak dapat mengelolanya dengan baik. Permusuhan dan ketersinggungan antar kelompok dapat saja menyulut api permusuhan yang menyebabkan kehancuran bangsa Indonesia. Namun, dengan menjaga motto nasional kita “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu dapat merekatkan kembali jiwa nasionalisme bangsa kita.
Indonesia telah menjaga kebhinekaan selama 72 tahun. Kemerdekaan direbut oleh para pahlawan dari tangan para penjajah melalui perjuangan yang sangat berat, jangan ada lagi pertumpahan darah antar sesama bangsa Indonesia. Semboyan bangsa kita merupakan ungkapan persatuan dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman budaya dan suku bangsa Indonesia. Walaupun kita berbeda dalam banyak hal, namun tetap satu bangsa karena identitas, falsafah dan dasar negara kita adalah satu. Jika kita meneropong keragaman yang ada antar individu dalam konteks lensa yang luas, maka akan timbul rasa bangga dan persaudaraan yang kuat.
Sudah saatnya Indonesia menjadi trendsetter multikultural, multietnik dan multireligi bagi bangsa lain. 72 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk bisa menjaga kebhinekaragaman antar bangsa Indonesia, bangsa kita telah membuktikan sikap toleransi antar sesama penganut agama, sesama bangsa untuk menciptakan persatuan dan nasionalisme yang baik.
Beberapa hal berikut dapat memperkuat persatuan bangsa kita berdasarkan diktum “tidak ada paksaan” adalah sebagai berikut: Saling menghormati suku bangsa yang ada di Indonesia, saling menghormati budaya di Indonesia, saling menghormati agama yang ada di Indonesia, saling menghormati ras dan golongan yang ada di Indonesia. Intinya adalah mengembangkan kultur bertoleransi agar harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat tercipta di bumi pertiwi ini.
Disinilah peran tokoh masyarakat dan generasi muda untuk menjaga dan mempertahankan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa. Ahmad Syafii Ma’arif dalam bukunya Islam dalam Bingkai Keindonesiaan menuturkan bahwa Indonesia membutuhkan lahirnya pemikir-pemikir muda Islam yang serius dan berkomitmen tinggi yang tidak bergeser dari habitatnya yang menjaga integritas moral agar tidak terabaikan dalam karir kemasyarakatan mereka. Pemuda kita saat ini menggambarkan masa depan bangsa kita di masa yang akan datang, sehingga untuk mempertahankan kesatuan negara dari perpecahan dan permusuhan sesama umat, dibutuhkan peran penting pemuda saat ini, mempersiapkan mental dan budi pekerti yang luhur sebagai pasukan intelektual nomor satu untuk negara Indonesia.
Multikulturalisme diharapkan dapat mempertebal patriotisme, toleransi dan rasa nasionalisme bangsa. Jangan sampai budaya dan karya putra bangsa diklaim oleh bangsa lain, mari menjadikan Bhineka Tunggal Ika sebagai pemersatu bangsa. Semoga di tahun ke tujuh puluh dua ini, Indonesia semakin maju. Merdeka!