MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Bagi penikmat jus markisa khususnya produk jus dan sari buah markisa bintang dan bola dunia diproduksi oleh CV. Karya Kita di Makassar, bahkan perusahaan tersebut berdiri pada tahun 1961, yang didirikan Charles Tan, perusahaan tersebut memang khusus memproduksi minuman berbahan markisa.
Kini usaha tersebut dikelola anak dan keluarganya, dimana para pimpinan dari perusahaan tersebut diisi oleh anak dan sanad Charles.
Semula perintisan usaha tersebut mulai memproduksi minuman dari bahan dasar lemon (jeruk) dengan sari buah lainnya.
Seiring berjalannya waktu pemilik usaha terus mencoba mencari bahan dasar formula minuman yang bisa banyak diminati oleh masyarakat.
Alhasil setelah melakukan tahap uji peminatan terhadap beberapa minuman dari beberapa jenis bahan dasar, markisa-lah yang paling banyak peminatnya.
Selain itu, pendirian usaha tersebut juga bertujuan untuk bersaing dengan brand-brand minum tenar yang masuk di Indonesia pada tahun 1990-an seperti, Fanta, Coca-Cola dan Sprait.
Wakil Direktur Utama, Donny Hamid mengatakan, usaha produksi sari buah dan jus markisa mulai dirintis lantaran produksi minuman lemon sebelumnya tersaingi oleh brand minuman yang tenar kala itu.
“Cuman dulu sekitar 1990 an itu menurut sejarahnya di Indonesia kan baru masuk produk impor seperti minuman Coca-Cola, fanta dan seprait itu masuk sekitar tahun 1990 an. Jadi Waktu itu masuk dari luar yang punya merek besar. Otomatis kan minum limun pasarannya agak tersaingi,” jelas Donny kepada Pijarnews.com.
Oleh karena itu sampai hari ini, perusahaan yang didirikan Charles itu terus memproduksi dan memasarkan minuman markisa.
“Makanya sampai sekarang dirintis dan diolah,” ujarnya.
Sejak Charles meninggal pada tahun 1979 perusahaan yang didirikan itu kemudian diwariskan kepada anaknya. Saat ini perusahaan tersebut dipimpin oleh Philip R. Karundeng.
Philip saat ini merupakan direktur utama dari perusahaan yang bergerak di bidang produksi minuman markisa tersebut.
Dibawa kepemimpinan Philip perusahaan tersebut juga ikut berkembang pesat dan membawa kebaruan terhadap proses produksi maupun strategi pemasarannya.
Adapun perkembangan dari segi proses produksi yang dilakukan Philip yakni berkembang dari segi packaging (wadah) yang digunakan.
Semula hanya mengunakan saset, dimana konsemen harus terlebih dahulu mengolahnya dengan mencampurkan air, namun kini tidak lagi, sebab itu Philip membuat inovasi agar sari buah markisa itu bisa siap minum.
Salah satu wujud dari inovasi tersebut yakni dengan mengubah wadah sari buah markisa itu menjadi botolan yang siap saji.
Sementara dari segi pemasaran saat ini perusahaan yang dipimpin Philip itu sudah memakai metode marketing digital dengan dengan mengunakan berbagai platform media sosial seperti Facebook dan Instagram.
Selain itu juga dalam strategi pemasaran yang dilakukan yakni menyediakan orderan produk di grab. Hal itu memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk sari buah markisa itu.
Berkat peningkatan kualitas produksi perusahaan melalui inovasi yang dilakukan itu, sehingga peminatnya juga ikut bertambah.
Oleh karena itu kapasitas produksi juga terus ditambah untuk mendukung permintaan konsumen yang banyak.
Diketahui kapasitas produksi saat ini rata-rata mencapai seribu dos perbulannya, namun itu bisa meningkatkan pada hari-hari besar agama seperti lebaran dan Ramadhan yang tembus mencapai 4-5 ribu dos perbulannya.
Adapun omset yang dapatkan perbulannya bisa mencapai 1-2 Miliar perbulannya terutama pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Banyaknya peminat dari sari buah markisa ini didukung oleh kualitas yang dihasilkan pada produk sebab terbuat dari buah asli pilihan dari pada petani di Sulsel.
Buah asli yang diperoleh tersebut dari berbagai daerah di Sulsel seperti Tana Toraja, Enrekang dan sekitarnya.
Disamping itu juga perusahaan juga memiliki sekitar 12 hektar lahan kebun khusus buah markisa yang juga menjadi pemasok bahan baku perusahaan.
Lahan tersebut terletak di Malakaji yang berbatasan dengan Gowa dan Jeneponto Sulsel.
“Kita juga ada kebun di daerah Malakaji daerah Gowa Perbatasan Jeneponto, Ada tanah kami sekitar 12 hektar diatas. Dari situlah juga kami ambil buah sebagai pemasok,” tutupnya.
Sekadar informasi dalam perkembangan perusahaannya itu mendapat lirikan dari pihak BRI Sulsel. Sehingga dalam pengembangan usahanya tidak terlepas dari bantuan dari progam yang dilakukan BRI Sulsel.
Reporter : Sucipto Al-Muhaimin