PAREPARE, PIJARNEWS.COM– Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa bersama Internasional Office IAIN Parepare menggelar Kuliah Tamu di Auditorium IAIN Parepare, Kamis (25/05/2023).
Yang spesial kegiatan tersebut menghadirkan Konsulat Jenderal Australia Ms. Bronwyn Robbins dan Konsulat, Mr. Alex. Tidak hanya itu juga hadir pemateri jempolan yang sekaligus berbagi tips rahasia dalam meraih beasiswa bergengsi.
Kegiatan diawali dengan kegiatan Sesi Diskusi tentang beasiswa luar negeri dengan empat orang pemateri, yakni Kurniati Umrah, M.AppSC (ME) Hons, Dosen UNHAS yang membahas tentang Beasiswa Australian Award Scholarship, Darmianti Razak, M.Mktg Dosen IAIN Parepare yang membahas tentang Beasiswa LPDP.
Adapun, Fivi Elvira, M.A Dosen IAIN Parepare dengan topik pembahasan Beasiswa Monbugakusho & Jasso, dan Fatjri Nur Tajuddin, M.A Dosen IAIN Parepare tentang Beasiswa Indonesia Bangkit.
Kurniati Umrah, Penerima beasiswa Australia mengatakan, seleksi beasiswa Australia berdasarkan prestasi akademik. Dia mengungkap penerimaan beasiswa Australia juga sangat ketat.
“Jadi ada batasan memang, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,0 kemudian untuk tes score Heels nya itu minimal 6,5 untuk Ph.D(S3) tapi untuk Master(S2) ada 6, dan memang itu seleksinya sangat ketat,” ungkap Kurnia saat ditemui, Kamis (25/05/2023).
“Biasanya dalam setahun, seperti tahun lalu hanya ada 125 kuota beasiswa yang diberikan dari ribuan pendaftar. Jadi biasanya Cuma sekitar 5% dari jumlah pendaftar yang diberikan beasiswa,” kata Kurnia yang juga sebagai Dosen di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin (Unhas).
Dia mengungkap peluang beasiswa Australia untuk program S2 lebih banyak dibandingkan dengan program S3.
“Jumlah beasiswa untuk S2 di Australia lebih banyak daripada untuk S3 jadi jumlah beasiswa yaitu 75% untuk S2 dan 25% untuk S3,” ungkapnya.
Dia menyarankan bagi mahasiswa yang baru saja lulus, dan tidak memiliki pengalaman kerja atau pengalaman apapun. Kurnia mengatakan untuk tetap mendaftar jika ingin melanjutkan studinya di Australia.
“Meskipun mahasiswa baru fresh graduate (lulus kuliah), tidak memiliki pengalaman kerja atau pengalaman apapun. Tidak masalah, daftar saja,” jelasnya.
“Boleh seperti itu karena saya juga waktu tidak terima beasiswa itu kondisinya tidak bekerja di institusi manapun dan tetap mendapatkan beasiswa,” tandasnya.
Menurutnya, mahasiswa perlu menunjukkan bidang keilmuan yang ingin dipelajari di Negeri Kangguru julukan Negara Australia, agar dapat memberikan kontribusi signifikan bagi bangsa Indonesia.
“Bisa memberikan kontribusi untuk kemajuan Indonesia itu fokusnya ya,” pungkasnya.
Bagi yang lulus beasiswa Australia juga akan sepenuhnya didanai (fully funded), dijelaskan Kurnia mulai dari kelas Bahasa Inggris untuk tujuan Akademik di dua tempat yakni Jakarta dan Bali.
Sementara biaya hidup selama kursus, kata Kurnia diberikan sebanyak Rp. 2,5 juta perbulan dan via aplikasi serta jaminan kesehatan telah ditanggung.
“Intinya kita hanya Cuman belajar saja semuanya mereka yang meng-cover Bahkan untuk pendaftaran ke kampus-kampus yang kita pilih itu mereka yang akan mengurusnya,” paparnya.
Lalu bagaimana Tips Kurnia Meraih Beasiswa Australia?
Kurnia Umrah juga berbagi sedikit tips untuk meraih beasiswa ke Luar Negeri (LN).
“Beberapa tahun yang lalu, ketika saya dapat beasiswa setelah lulus, Saya menonton video feedback dari tim leader dari join selection interview bahwa banyak aplikasi yang masuk yang sangat bagus tetapi tidak banyak yang extra Ordinary,” ungkapnya.
“Maksudnya tidak banyak yang luar biasa,” katanya.
Sehingga, dia mengatakan harus memiliki inovasi luar biasa dan sebuah ide yang cemerlang.
“Kalian harus luar biasa, luar biasa dalam hal ide, luar biasa dalam ide riset, jadi riset kalian mau apa itu harus luar biasa dalam kajian ilmu, bahwa tidak semua orang bisa melakukan itu,” tegasnya.
Dia mengungkapkan riset dilakukan sendiri, sebab seleksi beasiswa Australia sangat ketat.
“Misalnya kalian mau riset tentang apa, riset ini kalau bukan kalian yang melakukan tidak akan ada orang lain yang melakukannya. Kamu harus luar biasa karena memang sangat ketat ini seleksinya,” tuturnya.
Sementara, Konjen. Bronwyn Robbins dalam sambutannya menyampaikan hubungan bilateral Australia dan Indonesia serta peluang bagi kaum muda terlibat dalam kemitraan.
“Australia dan Indonesia adalah mitra yang kuat, sahabat baik dan tetangga yang dekat. Indonesia adalah salah satu hubungan pilar terpenting bagi Australia,” katanya.
Hal tersebut, menurutnya dapat dilihat ketika perdana Menteri Australia berkunjung ke Jakarta dan Makassar pada kunjungan pilar pertama ke luar negeri.
“Satu tahun yang lalu, perdana Menteri berkunjung ke Jakarta dan Makassar bersama menteri luar negeri Australia dan dua menteri lainnya,” ujarnya.
“Di Universitas Hasanuddin, perdana Menteri menjelaskan secara panjang termasuk hubungan perdagangan bersama yang di ketahui antara benua Australia dan dunia,” pungkasnya.
Selain itu, Dia mengagumi kemajuan ekonomi yang terjadi di provinsi Sulawesi Selatan.
“Kemarin kami senang melakukan perjalanan menggunakan kereta api yang sedang di bangun antara Makassar dan Parepare yang akhirnya melintasi nanti beberapa daerah di Sulawesi Selatan,” terangnya.
Dia mengatakan infrastruktur yang dibangun akan memberikan kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi dan sosial. Dia berharap untuk terus bekerjasama Indonesia dan Australia dalam mencapai tujuan.
Sulawesi selatan memiliki peranan penting dalam kerja sama antara Indonesia dan Australia.
Hal itu, Menurutnya terdapat di Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) adalah perjanjian kerja sama antara Indonesia dan Australia, dengan kegiatan diantaranya Better Integrated Markets, Grater Market Access for Indonesia-Australia Business, dan Skill for Recovery.
Pada kuliah tamu tersebut, dia juga menyampaikan terdapat program yang disebut Australian Awards di Indonesia yang menawarkan kesempatan beasiswa bagi mahasiswa yang berniat menempuh studi S2, atau S3 di Australia.
“Terdapat pula Short Course untuk Pengembangan Profesi, Pertukaran Pelajar Indonesia-Australia, Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (AIMEP), Australian Volunteer, dan Australian Aid,” ucapnya.(*)
Reporter: Faizal Lupphy.