- Ket: Pemain PSM Rahman Usman merayakan golnya ke gawang PKT Bontang bersama Kurniawan DY, pada final Ligina VI 2000. PSM menang 3-2. (Foto: handover/the-maczman.com)
Penulis; Nurmal Idrus (Jubir PSM 2009-2011)
Masih ingatkah anda dengan momen istimewa ini?
Jika anda sudah berusia di atas 30 tahun hari ini, maka anda pasti merasakannnya 17 tahun silam. Hari itu, telah 2 hari Kota Makassar dan seantero Sulsel ditenggelamkan oleh haru biru atas pencapaian PSM MAKASSAR sebagai juara Liga Indonesia tahun 2000. Piala Presiden diarak keliling kota. Tua muda, anak-anak SD keluar di pinggir jalan, semua bergembira dan berterima kasih pada tim yang dikomandoi manajer NURDIN HALID.
Juku Eja merontokkan PKT Bontang 3-2 di Senayan Jakarta dalam partai final yang berakhir dramatis. Jual beli serangan dan bergantian merobek jala gawang, memaksa 1 juta warga Makassar sesak menahan napas hingga 90 menit. Kita terhenyak di depan layar kaca, seperti mau pingsan setiap kali PKT merobek Pasukan Ramang.
Asa memayungi langit Makassar ketika PSM langsung unggul 3-0 hingga menit 62 lewat dua gol Kurniawan Julianto dan Rahman Usman. Namun, roda kehidupan kota seperti berhenti saat memasuki menit 75. Tembakan datar Aris Budi Prasetyo merobek jalan PSM. Tim produsen pupuk ini kemudian seperti mendapat nyawa kedua. 10 menit jelang laga berakhir, Fachri Husaini menghujamkan bola penalti ke gawang PSM. 3-2.
Setelah itu, 10 menit pamungkas itulah yang penuh dramatisasi. Puja puji dipanjatkan, teriakan sumbang hingga kerongkongan kering, keringat dingin bercucuran, jantung seperti berhenti berdetak di tengah serangan PKT yang membabi buta. Dan, 10 menit itulah ujian Makassar sesungguhnya yang bahkan hingga kini tak pernah terulang lagi. 10 menit terakhir yang membanggakan. Saat wasit menghentikan laga di menit 93, Makassar malam itu langsung berguncang. Semua menepuk dada. Semua berseru bangga. Hajat ditunaikan, ada yang syukuran dan ada pula yang memangkas habis rambutnya.
Tahun ini, saudara-saudara ku, kita berpeluang mengulangnya di tanah kita sendiri, di kandang kita, Stadion Mattoanging. Empat kali laga pamungkas adalah penentuannya. Dengan keuntungan tiga kali laga kandang, mungkin saja momen merontokkan PKT Bontang di 2000 lalu, terjadi saat PSM menjamu dua seteru sulitnya yaitu Senin (6/11/2017): PSM Makassar vs Bali United dan Minggu (12/11/2017): PSM Makassar vs Madura United, di laga terakhir nanti. Ini tentu momen yang lebih mengharu biru sebab kita akan melakukannya di kandang kita sendiri.
Mari menyatukan tekad, menyatukan dukungan dan menyatukan doa. Singkirkan semua pragmatisme politis karena ini kesempatan kita untuk mengulang momen membanggakan 17 tahun lalu. (*/ris)