MAKASSAR, PIJARNEWS. COM — Dinas Perpustakaan Makassar menggelar Bedah Buku “Pallawagau dan I Tenribali (Kisah Cinta Dua To Manurung dari Kerajaan Pelarian Tosiwalu”. Bedah buku ini digelar pada Rabu, 11 Juli 2018 di Hotel Yasmin, Jl Jampea No.5 Makassar. Pustakawan Dinas Perpustakaan Makassar, Tulus Wulan Juni mengatakan bedah buku ini diperuntukkan secara umum dan gratis.
“Buku ini adalah salah satu buku bermutu yang dipilih melalui proses penilaian kompetitif dan selektif oleh Program Pustaka Regional Makassar Sulawesi Selatan dan Yayasan Adikarya IKAPI dengan dukungan The Ford Foundation,” katanya, Senin, 9 Juli 2018.
Buku ini mengisahkan kerajaan tanpa nama yang wilayahnya terletak di Kabupaten Sidenreng Rappang yang berbatasan dengan daerah kabupaten Wajo. Kerajaan tersebut dibangun oleh para pelarian dari keluarga istana kerajaan seperti Sidenreng, Wajo, Luwu dan Tana Toraja.
Para Pelarian adalah orang-orang yang terusir karena melakukan perbuatan tercela dan tidak dapat diterima oleh keluarga istana. Sebagian lagi, para pelarian adalah orang-orang yang tidak puas melihat kehidupan keluarga istana.
Kisah Kerajaan Tanpa Nama yang bersumber dari Lontarak ini diterjemahkan dengan judul Pallawagau dan I Tenribali, Kisah Cinta Dua To Manurung dari Kerajaan Pelarian Tosiwalu. Nama kerajaan TOSIWALU merupakan akronim dari Toraja (TO), Sidenreng (SI), Wajo (WA), dan Luwu (LU). Kata TOSIWALU dalam bahasa Bugis bermakna “satu kain kafan untuk kita bersama”.
Terjemahan lontarak ini banyak memberikan nilai dan manfaat yakni nasihat-nasihat sistem pemerintahan kerajaan Bugis, penegakan aturan hukum secara adil tanpa melihat perbedaan status sosial atau derajat seseorang, kepemimpinan yang menganut paham demokratis (massolompawa) dan yang menarik adalah penulisan lambang bilangan atau angka yang diciptakan oleh Sappe Wali yang selama ini belum pernah didengar dan dilihat oleh masyarakat Bugis.
I Tenribali Putri dari Raja Tanpa Nama yang amat cantik dan ayu, semakin dipandang semakin mempesona. Lalu, bagaimana kisah cintanya dengan Pangeran Pallawagau dari Kerajaan Sidenreng? Baca kisahnya di buku setebal 395 halaman dan ikuti kegiatan bedah buku yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan Makassar. (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna