MAKASSAR, PIJARNEWS. COM--Linearitas keilmuan kini tidak lagi menjadi momok bagi seorang dosen. Dosen yang mengambil jurusan S1, S2 dan S3 kini bukan masalah lagi saat hendak mengabdikan keilmuannya di perguruan tinggi.
Hal itu setidaknya setelah Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir memastikan akan mencabut peraturan menteri yang menjadi hambatan pengembangan inovasi, fleksibilitas dan mutu perguruan tinggi. Aturan tersebut seperti pengembangan kreativitas PT, pemberian gelar, dan linearitas.
Sebab menurutnya beberapa waktu lalu, pengembangan keilmuan kalau dibatasi maka ilmu tidak akan berkembang.
Mengenai wacana ini ditanggapi sejumlah dosen di Kota Makassar. Muhammad Tahir, misalnya. Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar ini mengaku bersyukur dengan kearifan pimpinan Menristekdikti.
“Pimpinan Menristekdikti melihat tidak parsial dalam pengembangan IPTEK. Namun justru memicu dosen makin inovatif asal keilmuan saling terkait dan komprehensif sehingga dapat menghasilkan novelty atau temuan terbaru. Persis yang saya alami. Perkalian antara dua disiplin yakni ilmu komunikasi dengan sub komunikasi organisasi dengan dimensi aliran informasi disilangkan dengan ilmu manajemen SDM dengan sub efektivitas kinerja dan kepuasan kerja. Inilah biasanya dicari jurnal international,” tuturnya, Kamis, 2 Agustus 2018. Muhammad Tahir menyelesaikan doktornya di bidang Ilmu Manajemen Universitas Muslim Indonesia. Sebelumnya, S1 dan S2 dari Ilmu Komunikasi Unhas.
Senada, dosen Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, Hartina Sanusi mengapresiasi kebijakan Menristekdikti.
“Syukurlah kalau begitu. Tetapi sebaiknya dosen dengan keilmuan sainstek tetap mengambil jurusan linear, ” sarannya. Hartina sendiri adalah Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan jenjang masternya diselesaikan di Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Prodi Ilmu Komunikasi.
Pada era disrupsi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin tidak bisa diukur. Karenanya, saat ini pengetahuan tidak akan bisa berdiri sendiri. Semua ilmu, bagi Mohammad Nasir, saling berkaitan dan menguatkan.
Selain itu, Nasir mengatakan, Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) juga perlu dilakukan secara masif. Untuk menunjang pelaksanaan PJJ, Kemenristekdikti sedang menyiapkan program pengawasan sistem PJJ yaitu Cyber University.
Cyber University tersebut, akan mengawasi setiap modul-modul yang dibuat oleh para dosen. Lalu pengawasan terkait sistem registrasi mahasiswa, sistem perkuliahan, sistem pemberian tugas, pengawasan mutu, sistem ujian, dan bagaimana agar semua sistem tersebut terintegrasi dalam suatu proses. (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna