OPINI, PIJARNEWS.COM — Bangsa Indonesia kembali bersedih, daerah yang dikenal kaya akan keindahan daerahnya kini Allah mencoba untuk menguji mereka dengan kadar kecintaannya dan tegurannya. Masih sangat mengendap di telinga kita tentang peristiwa tsunami yang meluluhlantakkan Kota Aceh pada saat itu. Rumah ibadah, kantor, dan tempat tinggal warga semua rata dengan tanah.
Sungguh Allah menampakkan ke-Esaan-Nya dari kejadian itu. Semua itu adalah peringatan dan teguran kepada manusia lewat cinta dan kasih sayangnya kepada hamba Muhammad. Berbeda yang terjadi pada kedua sabahat Nabi, kisah Nabi Syuaib dan kaum Madyan, kisah Nabi Shaleh dengan kaum Syamud.
Kaum Madyan adalah kaum yang dianugrahi beberapa keahlian kepada mereka, yaitu keahlian dalam perdagangan dan berkebun. Hanya saja mereka sering melakukan kecurangan terhadap diri mereka sendiri, seperti mengurangi takaran dalam perdagangan mereka, korupsi, juga menyembah berhala. Serta menghalangi orang lain menuju jalan yang benar, disinilah sehingga Syuaib diutus oleh Allah untuk menyempurnakan ibadah mereka dan meninggalkan hal-hal yang di larang olehNya.
Syuaib dalam dakwah menyeruh kepada kaum Madyan untuk meninggalkan hal yang buruk yaitu tidak mengurangi timbangan mereka dan kembali menyeruh kepada Allah untuk bertaubat. Ada 4 poin isi dakwah nabi Syuaib kepada kaum Madyan:
1. Tentang tauhid dan membenarkan kenabiannya.
2. Peringatan untuk tetap memperhatikan timbangan dan takaran dalam perdagangan.
3. Tidak merampas harta orang lain dengan cara yang tidak benar.
4. Tidak membuat kerusakan di muka Bumi ini.
Kaum Madyan juga mengancam Syuaib dengan 2 (dua) tawaran:
1. Pergi meninggalkan kampung kaum Madyan dan mengasingkan diri dari mereka.
2. Tetap tinggal bersama mereka namun harus ikut pada tradisi nenek moyang mereka.
Nabi Syuaib pun menyatakan bahwa ini adalah perintah dari Allah, namun kaum Madyan sama sekali tidak mau ikut dengan ajakan Nabi Syuaib. Akhirnya kepada Allah-lah Syuaib memohon. Tibalah bencana Allah berupa Gempa Bumi yang mengguncang kaum Madyan. Dan akhirnya bangunan-bangunan mereka rata dengan tanah serta para pemuka-pemuka agamanya pun dibinasakan oleh Allah.
Sedangkan kisah Nabi Shaleh dan kaum Shamud, kekayaan alam dan tanah yang subur menghiasi kehidupan kaum Shamud. Namun semua itu tidak menggerakkan hati kaum Shamud untuk beribadah kepada Allah. Mereka malah ingkar dengan seruan yang di bawah oleh Nabi Shaleh. Nabi Shaleh diberikan mujizat berupa unta betina
yang keluar dari celah batu. Unta itu sebagai bukti bahwa Nabi Shaleh telah diberikan keistimewaan kepada Allah. Kaum Shamud lalu membunuh unta Nabi Shaleh tersebut.
Kaum Shamud adalah kaum yang tidak mengenal Allah, mereka lebih senang menyembah berhala daripada mengikuti ajakan Nabi Syuaib. Mereka tetap berkeyakinan kepada ajaran nenek moyang mereka. Akhirnya azab Allah pun turun kepada kaum Syamud berupa gempa bumi yang juga menghancurkan seluruh harta benda mereka. Seperti yang di sebutkan dalam surah Al-Araf ayat 78:
فَأَخَذَتۡهُمُٱلرَّجۡفَةُ فَأَصۡبَحُواْ فِي دَارِهِمۡ جَٰثِمِينَ ٧٨
Artinya: Karena itu mereka ditimpa gempa maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.
Sekarang kita kaitkan dengan gempa di Lombok. Sebuah daerah yang dikenal dengan pulau seribu masjid dan keindahan pemandangan yang sungguh sangat elok, kembali Allah mengguncang mereka untuk membuktikan cintaNya kepada warga Lombok. Belum kering air mata keluarga korban yang terguncang pada tanggal 29 Juni 2018 dengan magnitudo 6,4 Skala Ritcher (SR) dan masih terus diikuti gempa-gempa susulan sampai memakan korban sebanyak 14 orang. Hingga puncak gempa bumi pada tanggal 15 Agustus 2018 pukul 18.48. Saat itu warga Lombok sebagian telah menunaikan ibadah Shalat Maghrib dan gempa kembali mengguncang dengan kekuatan 7 SR. Hal itu kembali lagi meluluhlantakkan penduduk Lombok, ribuan masyarakat mengalami luka parah dan kembali menelan korban. Sungguh sangat pilu, daerah wisata diguncang dan berpeluang terjadi Tsunami. Hal inilah yang memaksa seluruh penduduk untuk turut beratap langit dan beralas tikar.
Mari belajar dari kejadian gempa di Lombok, walau berada di daerah georafis yang memang potensi terjadi gempa, tetap selalu kita menganggap bahwa gempa di Lombok ini adalah bukan sekedar fenomena alam, tetapi juga terdapat campur tangan dan skenario Tuhan di dalamnya. Terjadinya kejadiaan yang menimpa diri kita yang sama sekali tidak terduga itu telah menjadi rencana Allah dalam keseharian kita, apatah lagi guncangan yang dahsyat yang memakan korban.
Tentu kita kembali kepadaNya bahwa kekuasanNya tidak dapat menyerupai kekuasaan manusia. Yadullah faqaaya dainiallah, dengan segala teguran memberikan kepada kita untuk selalu mempelajari makna dari teguran itu.
Adakah kita peduli dengan kondisi Negara yang marak dengan korupsi?
Adakah kita peduli terhadap kelakuan anak remaja kita yang sudah tidak mengindahkan nilai-nilai agama?
Adakah kita peduli kalau diantara saudara kita malah memilih panti jompo untuk kedua orang tua mereka karena disibukkan dengan urusan dunia?
Adakah kita peduli banyaknya maksiat yang terjadi bagi generasi kita di bawah umur?
Ataukah mereka yang telah menzinai anak mereka sendiri.
Kesemua itu Allah berikan peringatan melalui firman dalam surah Al Araq ayat 91-92:
فَأَخَذَتۡهُمُ ٱلرَّجۡفَةُ فَأَصۡبَحُواْ فِي دَارِهِمۡ جَٰثِمِينَ ٩١ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ شُعَيۡبٗا كَأَن لَّمۡ يَغۡنَوۡاْ فِيهَاۚ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ شُعَيۡبٗا كَانُواْ هُمُ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٩٢
Artinya: Keingkaran kepada Allah serta perbuatan yang menghalangi orang lain untuk menganut agama Allah adalah kejahatan yang amat besar. Azab yang yang menimpa kaum Syuaib adalah Rajfah yang merupakan gempa dahsyat dan assyahatu suara keras menggentur. Keingkaran mereka sehingga Allah memberikan peringatan kepada kaum Syuaib. Kemudian pada ayat 92, Allah mengingatkan kepada kita semua tidak terkecuali seluruh masyarakat Lombok agar supaya dapat mengintropeksi diri masing-masing terhadap perbuatan yang telah dilakukan, Allah akan pasti mengubah nasib kita kalau kita juga mengubah diri sendiri.
Semoga kita dapat mengambil ibrah dari kejadian di Lombok. Tidak dapat diingkari kalau sudah keinginan Allah untuk menguji dimana pun kita berada, maka dari itu mari terus istiqamahkan diri dalam berbuat baik dengan sesama. Aamiin. (*)