MAROS, PIJARNEWS.COM — Seorang warga kelurhan Bontoa, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, mengalami kelumpuhan sejak 42 tahun. Jangankan untuk berjalan, saat duduk saja ia sangat kesulitan dan lebih banyak berbaring, Namun siapa sangka, rumahnya yang hanya berdinding seng dengan ukuran sekira 6×3 meter persegi itu, selalu ramai dikunjungi oleh anak-anak untuk belajar mengaji.
Namanya Muhammad Amin (54), ia dinyatakan menderita kelumpuhan semenjak mengalami kecelakaan saat memanjat pohon dan terjatuh. Diusianya yang masih belia kala itu, dirinya memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan lantaran keterbatasan fisik yang dialaminya. Setahun setelah menderita lumpuh, Amin panggilan akrabnya, mulai bangkit dan dapat menerima takdir.
Untuk membuat hidupnya memberi manfaat, ia lalu memutuskan menjadi guru mengaji sukarela. Setiap hari ia mengajarkan kepada anak-anak baca tulis Al Quran dengan kondisi berbaring, dan hingga saat ini, ia pun telah menggeluti profesinya sebagai guru ngaji selama 41 tahun, dan sudah banyak menamatkan muridnya.
“Sebenarnya saya pernah bersekolah sampai kelas 5 SD, namun tuhan berkehendak lain, saya dinyatakan lumpuh setelah terjatuh dari pohon, diusia saya yang masih anak-anak pada masa itu, awalnya pasca kecelakaan, saya sempat tak dapat menerimanya, namun mungkin inilah takdir dari Allah, saya pun lalu diberi hidayah mengajarkan anak-anak baca tulis Al Quran hingga saat ini”. Jelas Amin.
Meskipun tak tamat SD, namun Amin tak patah semangat dalam membagi ilmunya kepada anak muridnya. Selama berprofesi sebagai guru mengaji, Amin tak pernah meminta imbalan kepada muridnya, dia memberikan ilmu agama secara gratis ke anak-anak. Selain mengajarkan baca tulis Al Quran, Amin juga mengajarkan menulis seni kaligrafi.
“Selama jadi guru ngaji, saya ikhlas memberikan ilmu saya ke anak-anak, dan tak pernah meminta imbalan kepada mereka, karena sebagaian anak-anak yang saya ajar merupakan warga di kampung sini”. Ujar Amin.
Memasuki usianya yang kini beranjak 54 tahun, Amin kini mulai sakit-sakitan. Kendati demikian, ia tetap mengajar baca tulis Al Quran kepada muridnya secara sukarela. Untuk bertahan hidup, Amin terkadang mendapatkan bantuan dari mantan muridnya. Sementara untuk keperluan makan sehari-hari, ia hanya mengandalkan belas kasihan dari tetangga.
“Tak ada penghasilan yang saya dapat dari mengajari mereka, saya ikhlas, saya bangga melihat anak-anak yang sudah berhasil dari ilmu yang saya berikan, saya kan belum berkeluarga, jadi murid yang saya ajar sudah saya anggap seperti anak sendiri”. Ungkap Amin dengan mata berkaca-kaca.
Saat ini Amin sangat berharap adanya bantuan berupa kursi roda agar bisa membut dirinya leluasa melakukan aktivitas tanpa bantuan orang.
“Saat ini saya sangat berharap adanya bantuan kursi roda pak, agar saya bisa kembali bergerak menggunakan kursi roda itu, saya rindu melihat suasana di sekitaran kampung, dulu pernah ada kursi roda, namun sudah rusak dan tak dapat lagi digunakan. Selain itu, dengan adanya kursi roda saya jadi bisa lagi menggunakannya ke masjid untuk beribadah”. Kata Amin.
Reporter: Fachmi
Editor: Abdillah.Ms