MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–PT Syngenta Indonesia mengadakan “Gelar Teknologi Pertanian Syngenta” di Desa Pencong, Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa, Sulsel, Rabu, 2 Oktober 2019.
Sulsel merupakan salah satu provinsi sentra produksi jagung nasional. Sebagai produsen benih dan produk perlindungan tanaman, Syngenta berkomitmen untuk mempromosikan praktik pertanian yang baik kepada para petani untuk membangun pertanian berkelanjutan, khususnya meningkatkan produksi jagung melalui introduksi benih jagung hibrida unggul dan pentingnya perlindungan tanaman.
Melalui acara “Gelar Teknologi Pertanian Syngenta” ini, Syngenta menampilkan performa benih jagung hibrida NK 7328 (NK Sumo). Benih jagung ini merupakan salah satu produk unggulan Syngenta yang dikenal dengan slogan “Super tanamannya, super hasilnya”. Benih jagung NK 7328 (NK Sumo) ini memiliki kelebihan utama, antara lain, pertumbuhannya seragam, daunnya lebih lebar, rimbun dan lebih hijau. Tanamannya ditopang oleh akar dan batang yang kuat sehingga tidak mudah rebah. Potensi hasil NK 7328 (NK Sumo) dapat mencapai 12.4 ton/ha dan rata-rata produktivitasnya mendekati 10 ton/ha.
Gelar teknologi pertanian ini dilakukan dengan menerapkan praktik agronomi yang baik sejak penyiapan lahan hingga pemeliharaan tanaman. Penyiapan lahan dilakukan dengan menerapkan sistem pertanian konservasi dengan olah tanah minimum menggunakan herbisida Gramoxone. Penggunaan Gramoxone terbukti dapat mempercepat penyiapan lahan, mengatasi kelangkaan tenaga kerja di perdesaan, mampu meningkatkan indeks pertanaman hingga tiga kali setahun dalam kondisi kecukupan air. Gramoxone juga membantu petani meningkatkan produktivitas jagung dengan cara menekan persaingan gulma dengan tanaman.
Selain itu, teknologi Gramoxone juga berperan dalam konservasi lahan karena dapat mengurangi erosi tanah terutama pada lahan-lahan miring. Dengan demikian Gramoxone sangat cocok digunakan di lahan jagung di Kabupaten Gowa maupun di wilayah pertanian lainnya yang mayoritasnya berada di lahan miring/berbukit. Kabupataten Gowa memiliki sekitar 40.000 ha lahan jagung.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penggunaan normal sesuai rekomendasi, Gramoxone tidak berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu tidak heran jika Gramoxone telah dipercaya petani lebih dari 50 tahun karena tidak tergantikan dalam membantu meringankan pekerjaan petani untuk meningkatkan produksi baik itu untuk tanaman pangan seperti padi dan jagung, mapupun tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, kopi, dan lain-lainnya.
Selain menunjukkan performa tanaman jagung NK 2738 (NK Sumo) di lapangan, pada kesempatan ini, Syngenta juga memberikan informasi dan petunjuk praktik aplikasi herbisida Gramoxone yang aman dan efektif melalui kegiatan product stewardship, sebagai kegiatan yang rutin dilakukan dalam pelatihan petani. Acara gelar teknologi pertanian ini diikuti oleh 400 orang petani dan dihadiri oleh Maxdeyul Sola (Sekjen Dewan Jagung Nasional), Winarno Tahir (Kontak Tani Nelayan Andalan), Yasin (Praktisi Gulma dan Herbisida), Yenny Meliana (LIPI), Mulyadi Benteng (Aliansi Stewardship Herbisida Terbatas), yang juga dikunjungi oleh pejabat pemerintah pusat antara lain dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian juga pejabat daerah, para peneliti, perwakilan organisasi pertanian, dan pemangku kepentingan lainnya di bidang pertanian.
Acara dibuka oleh Midzon Johannis selaku Head of Business Sustainability PT Syngenta Indonesia, Hasrullah (Kepala Desa Pencong), Dinas Pertanian Provinsi yang diwakili oleh Arfain Fai (Kasubdin Prasarana dan Sarana), Freddy Juwono (Kementerian Perindustrian) dan Profesor Dadang (Tim Teknis Komisi Pestisida).
Midzon Johannis selaku Head of Business Sustainability di PT Syngenta Indonesia mengatakan bahwa dalam beberapa dekade terakhir perluasan lahan jagung serta produktivitas petani meningkat pesat. Hal ini dikarenakan petani menggunakan teknologi bibit unggul serta herbisida yang membuat penanaman lebih cepat dengan tenaga kerja yang jauh lebih sedikit. Penggunaan herbisida juga memungkinkan ekspansi penggunaan lahan yang besar.
Kepala Desa Pencong, Hasrullah, dalam sambutannya mengharapkan agar Syngenta terus melakukan terobosan-terobosan teknologi baru bersama petani. Beliau juga mengakui bahwa ia pun menggunakan produk perlindungan tanaman milik Syngenta yang membuat cara menanam menjadi sangat praktis.
Freddy Juwono, perwakilan dari Kemenperin menegaskan pentingnya upaya-upaya yang dilakukan oleh industri kimia seperti Syngenta untuk selalu hadir dengan teknologi-teknologi baru yang membantu petani. Kementerian Perindustrian sangat mendukung dan apresiasi karena semakin minimnya lahan pertanian serta kondisi yang berat seperti lahan miring. Sementara jagung sangat dibutuhkan oleh industri pakan. Petani dihimbau agar melakukan sistem agronomi yang optimal untuk mengatasi keterbatasan lahan serta mampu menghasilkan pangan yang beraneka ragam.
Mengutip sambutan dari Tim Teknis Komisi Pestisida, Profesor Dadang yang menegaskan bahwa saat ini populasi di Indonesia berjumlah 250 juta, dengen pertumbuhan penduduknya 1.3% atau sekitar 3.2 juta per tahun. Hal ini berdampak terhadap kenaikan kebutuhan pangan seperti beras dan pakan ternak untuk konsumsi daging. Di lain sisi tenaga kerja serta lahan berkurang, namun produktifitas pertanian dituntut tinggi. Untuk mengatasi ini penting praktek pertanian yang baik dan ‘petani cerdas harus jadi petani yang responsif terhadap teknologi’.
Potensi Kabupaten Gowa adalah sektor pertanian dengan sub-sektor tanaman pangan sebagai andalannya. Kabupaten ini adalah salah satu kabupaten yang memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan di Sulawesi Selatan. Semoga benih hibrida dan teknologi herbisida Gramoxone dapat tetap digunakan oleh petani untuk meningkatkan produksi pertanian mereka.
Syngenta hadir di Indonesia sejak tahun 1960an melalui perusahan legasinya. Syngenta adalah perusahaan global yang berambisi membantu penyediaan pangan dunia. (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna