JAKARTA, PIJARNEWS.COM — Haerul, sang perakit pesawat asal Pinrang, Sulawesi Selatan mengaku senang bisa diakui karyanya dan diterima di Komplek Istana Presiden di Jakarta.
“Saya membuat sendiri pesawat ini, karena saya belum pernah naik pesawat,” kata Haerul dengan polos kepada Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Dr Moeldoko, dilansir website resmi ksp.go.id.
Haerul tampak tegang saat berkunjung ke Bina Graha Jakarta di Komplek Istana, Senin (20/1/2020).
Siang itu sang montir yang secara mandiri merakit pesawat terbang ringan (ultralight) asal Pinrang, Sulawesi Selatan bertemu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Haerul hadir ditemani Lurah dari tempat asalnya, tiga akademisi dari Makassar Dr Rustan Tarraka, Dr Muhammad Syahid, dan Dr Bastian Jabir Pattara. Haerul juga ditemani Kepala Dinas Penerangan AU, Marsma TNI Fajar Adriyanto.
Moeldoko mengundang Haerul setelah mendapat laporan tentang pesawat ringan yang dirakit sendiri dari bengkel motor.
Dia ingin mengetahui proses perakitan tersebut langsung dari Haerul. Dalam penjelasannya, Haerul mengaku belajar merakit hanya melihat video lewat Youtube. “Pak Haerul membuktikan pada kita bahwa banyak talenta di negeri ini yang berani dan kreatif,” kata Moeldoko.
Eksperimen perakitan pesawat sudah beberapa kali dilakukan Haerul. Pada 2002 lalu, dia sempat merakit pesawat helikopter namun gagal terbang. Namun kegagalan itu tak membuat pria kelahiran 31 Desember 1985 ini patah arang. Pada 15 Januari 2020 lalu, kerja kerasnya membuahkan hasil. Pesawat yang dirakitnya sejak tengah Oktober 2019 berhasil terbang setelah lima kali gagal tes uji coba.
Moeldoko menyatakan kekagumannya atas keberanian dan semangat pantang menyerah yang dimiliki pria yang sehari-hari bekerja sebagai montir mobil dan motor itu.
“Saya apresiasi Pak Haerul berani melakukan sesuatu. Kedua, semangat pantang menyerah yang bisa memberikan semangat kepada anak muda,” ujarnya.
Moeldoko menilai inovasi yang dimiliki Haerul layak dikembangkan di Indonesia. “Sebagai negara kepulauan, kita butuh pesawat ringan yang bisa efektif menjadi alat transportasi di negara kita,” tegasnya.
Semangat inovasi baru yang dimiliki Haerul menurut Moeldoko selaras dengan apa yang digagas KSP dalam program Manajemen Talenta Nasional (MTN). “Hal-hal semacam ini perlu dikumpulkan. Mencari anak anak Indonesia yang punya bakat unggulan agar mereka bisa memperjuangkan impiannya,” tegasnya.
Moeldoko juga meminta para akademisi yang ikut dalam pertemuan tersebut terus mengawal apa yang dilakukan oleh Haerul. Muhammad Syahid, pengajar Teknik Mesin Unhas menyebutkan, saat ini Pemda Sulsel berjanji memberikan mesin berkapasitas 1000 cc untuk pengembangan pesawat ringan tersebut. (ksp)