OPINI — Kebencian terhadap orang lain, termasuk kebencian orang tua kepada anaknya, atau anak kepada orang tuanya, kemarahan seorang saudara kepada saudaranya, pacar kepada mantannya. Mungkin sulit untuk melupakan keburukan tersebut yang membuat anda marah dan benci hingga ingin bunuh diri, bahkan ingin membunuhnya.
Tidak mampu mengalah, menganggap bahwa memaafkan seseorang itu adalah kekalahan. Merasa gengsi memaafkan, dia menganggap bahwa “kenapa orang yang salah kita yang memaafkan”. Perasaan memaafkan tapi tidak mampu melupakan keburukan orang lain, berarti anda belum memaafkan, karena kata maaf itu bukanlah menutup kesalahan, bukan pula membiarkannya, akan tetapi memaafkan adalah melupakan kesalahan orang lain dan berbuat baik kepadanya. Bukanlah memaafkan dengan memutus hubungan, mungkin anda berkata “sudahlah, semua telah terjadi, cukup sampai di sini hubungan kita, biarlah yang dulu berlalu.”
Salah satu hal yang paling berat dalam kehidupan adalah memaafkan kesalahan, karena musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri, memaafkan orang lain berarti mencintai diri anda, selama anda tidak memaafkan orang lain berarti selama itu anda menyiksa diri anda sendiri, karena boleh jadi mereka, dia sudah melupakan dan anda masih dihantui, dan terbayang-bayang rasa kebenciannya.
Rasa marah yang bertengker dalam hati akan menjadi parasit yang membuat jiwa tidak tenang, kemarahan membuat muka merah, tubuh gemetar, jantung berdetak kencang, mulut tidak terkontrol, tangan pun ikut tidak terkontrol. Dengan memaafkan, kehidupan akan tenang, jiwa akan tenang, rasa kebencian dapat berubah menjadi kecintaan. Seorang anak benci kepada orang tuanya yang tidak mendukung karirnya, namun rasa benci itu tidak nampak, dia tetap berkomunikasi dengan orang tuanya, wajahnya tetap tersenyum, namun nampak ketidaktenangan batin, yang terus mengusik hatinya, harta dan pekerjaan tidak membuatnya bahagia. Karena harta yang paling berharga adalah memaafkan orang lain, dan menyelamatkan diri anda dari penyakit hati.
Ketika Rasulullah berdakwah di Thaif, mereka mencemooh dan melempari Rasulullah, kemudian datanglah malaikat berkata kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah jika engkau berkenan maka aku akan menimpakan dua gunung besar yang ada di Mekah.” Rasulullah berkata “tidak, saya berharap Allah mengeluarkan dari keturunan mereka yang menyembah Allah”.
Ini merupakan contoh bagaimana Ahlaq Rasulullah kepada orang yang membencinya.
Sebagian orang mungkin memiliki masa lalu yang buruk, penuh kemaksiatan, tidak pernah beribadah, membuat orang lain tidak tenang, namun dia ingin “hijrah” ingin melupakan masa lalunya, Allah tidak pernah menutup pintu taubat, sehingga setiap orang dapat berdamai dengan diri sendiri. Rasa syukur dengan apa yang dimiliki saat ini akan membantu anda untuk bisa memaafkan orang lain dan diri anda.
Ganjaran orang yang memaafkan dalam Q.S Ali Imran ayat 133. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang bertakwa dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang.”
Tidak lama lagi ramadan akan meninggalkan kita dan akan tiba Idul Fitri, memaafkan, bersalaman sebenarnya tidak perlu menunggu idul fitri, namun Idul Fitri merupakan momentum besar untuk saling memaafkan, kembali ke fitrah, kesucian tanpa ada rasa marah dan benci, dengan memaafkan atau saling memaafkan. Idul Fitri kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya, idul fitri dengan tetap menjaga jarak, dan jauh dari euporia ritual.
Idul Fitri bermakna kembali kepada kesucian diri, setelah sebulan lamanya diri di-laundry di bulan ramadan ini. Menurut ibn al-Qayyim al Jauzi, Idul fitri bukanlah baju yang baru, akan tetapi idul fitri adalah bertambahnya keimanan dan ketakwaan. “Laisal ied liman labisal jaded wa innamal ied liman tha;atuhu wa taqwahu tazid.” (*)