Masalah pendidikan di bangsa ini memang sangat prioritas untuk kita diskusikan, sebab pendidikanlah yang menentukan sikap seseorang atau bibit bangsa dalam bertindak kedepannya. Sehingga pendididikan dapat dikatakan sebagai jiwa yang tak ditawar-tawar lagi oleh bangsa kita, sebagaimana yang tercantum dalam dasar negara kita yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Keberadaan pendidikan pun sudah sangat kita kenal yaitu berada dalam lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jika kita memikirkan secara mendalam akan keberadaan pendidikan ini maka tentu kita mendapati bahwa pendidikan bukan hal yang diinginkan tetapi dibutuhkan yang selalu mencerahkan serta membimbing kearah kesempurna.
Pendidikan juga tidak luput akan pada masalah anggaran yang diperuntukkan kepada negara. Sebab pendidikan juga membutuhkan sebuah finansial dalam membangun pendidikan dalam menghadapi setiap era yang terglobalisasi. Kita ketahui dengan jelas bahwa seluruh lapisan masyarakat haruslah wajib mendapatkan pendidikan dan ini membutuhkan anggaran agar dapat terlaksana bagi masyarakat sepenuhnya. Hal ini kita pandang dalam potret sekolah pada khusunya. Kita ketahui bahwa penggunaan anggaran terbesar di bangsa kita ini adalah anggaran pendidikan. Tidak main-main pemerintah serta masyarakat memandang begitu pentingnya masalah ini. Misalnya Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) adalah wadah dimana setiap sekolah akan mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk membangun kemudahan pendidikan bagi masyarakat, dalam anggaran BOS pun dicanangkan untuk meng-gartiskan anak yang kurang mampu sehingga tidak ada lagi masyarakat yang tidak bersekolah dan juga penunjangan bagi mereka yang mendidik anak bangsa. Selain dari itu banyak item-item BOS yang menunjang akan pembangunan pendidikan bangsa ini.
Namun jika kita memandang secara realitas akan pendidikan dibangsa kita ini , kita dapati bahwa apa yang dicita-citakan masih jauh dari apa yang diharapakan. Masalah anak yang masih tidak bersekolah itu masih banyak kita dapati diseluruh pelosok negeri kita, bahkan putus sekolah pun masih saja terjadi dikarenakan faktor-faktor yang mereka hadapi dan tidak luput juga akan kesejahteraan pendidik yang masih berstatus honorer yang senantiasa sangat mengabdi bagi dunia pendidikan bangsa ini. Kita kembali pada apa yang ditindaki pemerintah dalam mengatasi hal ini, sepertinya anggaran-anggaran tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya dan menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat.
Bukan main anggaran ini sangat besar dan tentu yang mengelolanya kemungkinan untuk mencari keuntungan di dalamnya. Kenguntungan yang di maksud adalah bukan keuntungan bagi pendidikan kita, tapi keuntungan para personel-personel pengelola anggaran. Biasanya mereka menggunakan anggaran pendidikan di luar dari apa yang telah dicantumkan didalam aturan penggunaanya, mereka seakan-akan menggunakan anggaran dengan mengatasnamakan kegiatan pendidikan, padahal mereka memanfaatkan untuk kepentingan pendidikan kita. Seharusnya yang mereka menjadi pengelola anggaran ini menjadi motor penggerak pembangunan pendidikan tetapi justru menjadi kapitalisme yang bertopeng pendidikan.
Apa penyebab dari tindakannya ini tentu menurunkan dan menjatuhkan kesadaran akan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perubahan ataupun peningkatan mutu pendidikan bangsa kita ini pun belum pernah dirasakan secara sepenuhnya oleh masyarakat kita khususnya pada anak didik kita. Belajar untuk memperlakukan sesuatu tidak secara semestinya ini akan menimbulkan efek yang buruk bagi mereka yang diperuntukkan. Sudah sangat jelas pendidikan kita akan terbelakang dengan pendidikan bangsa-bangsa yang lainnya dikarenakan efek kapitalisme opnum-opnum yang tidak bertanggungjawab.
Tindakan ini tidak boleh dibiarkan terus-menerus, tindakan ini harus dipelintir ke ranah hukum dan mengawasi setiap kegiatan bagi yang mereka mengolah anggaran tersebut. Sebab jika masalah ini tidak terselesaikan maka jangan harap bangsa kita bisa lari dari keterbelakangan pendidikan. Gunakanlah anggarannya sebagaimana mestinya agar kesejahteraan serta cita-cita bangsa yang ingin “mencerdaskan kehidupan bangsa” bisa terwujud.
Fajar Radiansah
(warga Parepare, pegiat Pendidikan)