PINRANG, PIJARNEWS.COM — Mesjid 25 Kubah Al Muhajirin terletak di Desa Lero, Suppa, Pinrang. Sesuai namanya, mesjid ini memiliki 25 kubah, jumlah yang terbilang banyak dibanding kubah mesjid pada umumnya.
Adapun 25 kubah tersebut merupakan simbol 25 nabi dan rasul yang ada. Dibawah masing-masing kubah itu, ada tulisan 25 nama nabi dan rasul. Kubah-kubah itu tersusun rapi, dengan tinggi 1 dan 2 meter dengan luas 4 meter persegi.
Abdul Halim, Imam Masjid Al Muhajirin Desa Lero menceritakan, masjid ini didirikan oleh seorang pendatang bernama Sayyid Hasan Sahil. Konon masjid ini dibangun tanpa menggunakan besi.
“Waktu dibangun pertama tahun 1960 (referensi lain menyebut tahun 1930,red), umur saya saat itu 12 Tahun, seingat saya, masjid ini berpondasikan batu karang, sementara pembangunan masjid ini juga batu bata yang disusun menggunakan campuran semen dengan batu karang yang dihaluskan seperti tepung,” urainya.
“Meski begitu, kekuatannya tidak diragukan. Mesjid ini kokoh, meski dua kali gempa melanda Suppa, masing-masing tahun 1967 dan tahun 1982,” jelasnya. Masjid ini mampu menampung jamaah sekira 800 orang.
* Siapa Sayyid Hasan Sahil ?
“Sayyid Hasan sempat menetap di Madinah, lalu berkelana ke beberapa daerah termasuk ke Persia, Roma, Irak, dan Suriah. Di daerah itu pula, beliau yang memang gemar menggambar belajar ilmu arsitektur. Sekembalinya disini, sekira tahun 1930 dia memugar langgar itu menjadi mesjid bergaya seperti ini,” jelas salah satu cucunya, Ustad Yusuf Sahil.
Yusuf membeberkan, Sayyid Hasan adalah anak dari Sayyid Alwi salah satu murid dari Sayyid Jalaluddin. Dari Sayyid Alwi pula ulama terkenal asal Mandar, Imam Lapeo berguru. Putra Sayyid Hasan, Abdullah lalu meneruskan dakwah hingga imam mesjid Muhajirin diambil alih oleh dirinya hingga saat ini. “Pam Sahil memang sangat jarang diketahui, mungkin karena sejarah tidak pernah mencatat kakek kami sebagai penyebar Islam,” kata dia.
Yusuf menyebut, kakeknya itu pertama kali berdakwah di Pambusuang, salah satu daerah di tanah Mandar. Disana, dia juga berguru pada Sayyid Al Adiy, salah satu cucu dari Maulana Malik Ibrahim (sesepuh walisongo), anak sulung Sayyid Jamaluddin (Dimakamkan di Tosora). (con/ris)