OPINI — Bagi orang yang mendapatkan penghasilan dari aktivitas kerjanya, kerja adalah sesuatu yang menyenangkan, sementara bagi yang tidak memperolehnya, kerja adalah sesuatu yang mendongkolkan. Seseorang yang beraktivitas kerja agar supaya mendapatkan penghasilan yang singnifikan, yang mengantarnya hidup senang, dituntut mengetahui pokok-pokok manajemen kerja (menurut Islam).
Adapun pokok-pokok manajemen kerja (menurut Islam) ada lima sebagai berikut:
Pertama; memahami kerja bukan hanya sebagai tugas/kewajiban hidup (bagi seorang suami misalnya), melainkan sekaligus ibadah kepada Allah. Allah mengisyaratkan hal ini dalam QS al-Nur (24): 37- terjemahnya -: Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang (37).
Kedua; menggunakan waktu untuk bekerja dengan berupaya hanya pada siang hari dan (sebaiknya) istirahat pada malam hari. Hal ini diisyaratkan Allah dalam QS al-Naba` (78): 10-11 – terjemahnya -: Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian (waktu istirahat)-(10), Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan (11).
Ketiga; bekerja penuh semangat dengan harapan (optimis) akan mendapatkan perhatian dari Allah, Rasulullah dan orang-orang mukmin (sebagai jalan/akses memperoleh penghasilan yang signifikan). Hal ini diisyaratkan Allah dalam QS al-Taubah (9): 105 – terjemahnya -: Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Keempat; dalam beraktivitas kerja harus selalu mengingat Allah (yaitu memulai pekerjaan dengan basmalah, mengindahkan syariat halal, tidak melalaikan shalat, berdoa dan bertawakal. Allah mengisyaratkan hal ini dalam QS al-Jum`ah (62): 10 – terjemahnya -: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; carilah karunia Allah dan selalulah ingat Allah agar kamu beruntung (10).
Kelima; menyelingi aktivitas kerja dengan aktivitas non-ekonomik – yaitu – aktivitas sosial kemanusiaan atau keagamaan, seperti kerja bakti, silaturrahim dan lain-lain. Hal ini diisyaratkan dalam hadis Nabi saw. – artinya -: Tidak sempurna iman seseorang, sehingga ia mencintai sesamanya manusia sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (HR Bukhari dan Anas bin Malik).
Parepare, Muharram 1422 H/ Agustus 2021 M.