MAMUJU, PIJARNEWS.COM –Tim Visitasi Dirjen Yankes dan Direktur Rumah Sakit (RS) Jantung Harapan Kita melakukan audiensi dengan
Wakil Gubernur Sulawesi Barat (Wagub Sulbar), Enny Anggraeny di Rumah Jabatan Wakil Gubernur Sulbar, Jumat (25/3/2022). Turut hadir melalui virtual Dirjen Yankes, Prof. dr. Abdul Kadir.
Wakil Gubernur Sulbar Enny Anggraeny Anwar mengucapkan terima kasih kepada Dirjen Yankes atas perhatiaanya kepada Sulbar, khususnya dalam pembangunan fasilitas jantung di Rumah Sakit (RS) Regional Mamuju, yang belum maksimal dan pasien-pasien masih dirujuk di luar daerah.
“Kami Pemerintah Daerah Sulbar mengucapkan terima kasih atas dukungan dari Kementerian kesehatan, semoga apa yang dicita-citakan memberikan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat Sulbar,” harap Enny.
Dalam pertemuan itu, Enny menyinggung mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulbar. Ia menjelaskan, pada tahun 2021 IPM Sulbar sebesar 66,36 persen, untuk usia harapan hidup sebesar 65,25 persen, harapan lama sekolah sebesar 12,86 persen, dan rata-rata lama sekolah untuk tahun 2021 adalah 7,96 persen. Angka mulai turun tahun 2020 sebesar 93,17 persen, dan presentasi penduduk miskin pada tahun 2020 sebesar 10,87 persen, meningkat menjadi 11, 29 persen pada tahun 2021.
“Peningkatan IPM dan usia harapan hidup merupakan suatu pencapaian prestasi yang baik yang telah dilakukan oleh Pemprov Sulbar,” ucapnya.
Dia juga menjelaskan, Sulbar memiliki delapan (8) rumah sakit pemerintah, dan terdapat 98 Puskesmas yang tersebar di enam kabupaten. Sedangkan, untuk ahli jantung sudah beberapa disekolahkan dan masih dalam tahap pendidikan untuk Sulbar. Sedangkan, untuk kabupaten sudah beberapa juga spesialis jantung.
Sementara itu, melalui virtual, Dirjen Yankes, Prof. dr. Abdul Kadir mengemukakan, dari sekian banyak penyebab kematian di Indonesia, pasien yang paling banyak adalah pasien penyakit jantung, stroke, kanker, dan lainnya.
“Sangat tidak mungkin dalam waktu yang bersamaan semua bisa terselesaikan secara bersamaan. Yang menjadi prioritas yaitu menyelesaikan penyakit jantung, karena itu penyebab kematian yang paling tinggi di Indonesia dan angka kisarannya 1/100, sehingga ada sekitar 270 ribu penduduk Indonesia menderita jantung,” kata Abdul Kadir.
Menurutnya, di Indonesia tidak mampu mengatasi 270 ribu penduduk yang menderita penyakit jantung dan rumah sakit harapan itu terbatas. Untuk itu, Kementerian Kesehatan berkomitmen mendirikan Pusat Jantung Terpadu pada tahun 2024 di setiap ibu kota provinsi.
Terkait persyaratannya, sambungnya, persyaratan utama bukan pada sarana dan prasarana, tetapi paling utama adalah SDM dan Ia menilai SDM di RS Regional Mamuju sangat kurang dan lemah.
Olehnya itu, Dia menekankan semua harus punya insiatif untuk mengembangkan RS Regional Mamuju sebagai Pusat Jantung.
“Saya mohon ini bisa merangsang dan punya tanggungjawab untuk mengembangkan sarana kesehatan yang ada di Mamuju. Minimal pemerintah provinsi harus investasi SDM disiapkan,”tutupnya (rls)