MAKASSAR, PIJARNEWS.COM– Siapa sangka ampas tebu tidak berguna? Sebagian besar orang mungkin menganggap bahwa ampas tebu tidak lagi memiliki manfaat setelah seratnya diambil untuk pembuatan gula. Namun berbeda dengan tiga mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar yang menjadi tim delegasi lomba Inovasi Project Kategori Green Technology di negeri Jiran Malaysia. Mereka memanfaatkan ampas tebu itu sebagai proyek yang menghasilkan energi listrik.
Mereka mempresentasikan proyeknya pada lomba yang diikuti oleh 126 perwakilan negara-negara Asia seperti China, Singapura, Thailand, India dan Malaysia.
Adapun perwakilan Indonesia diwakili oleh tiga tim dari Provinsi Sumatera, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.
Tim dari Sulawesi Selatan diwakili oleh tiga mahasiswa Universitas Islam Negeri Makassar yakni Edysul Isdar angkatan 2019, Fira Yurdanianti angkatan 2020, dan Tri Gunawan Musa angkatan 2021. Ketiganya Mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
Edysul Isdar menyampaikan bahwa proyek yang dibuatnya berjudul “Innovation of using sugar cane bagasse as bioelectricity based on MFC technology with the addition of cellulose bacteria (case study: Indonesian sugar mill industry)” yang artinya Inovasi pemanfaatan ampas tebu sebagai biolistrik berbasis teknologi MFC dengan penambahan bakteri selulosa (studi kasus: industri pabrik gula Indonesia).
Kategori proyek yang diciptakan merupakan pengembangan energi terbarukan dengan memanfaatkan limbah menjadi energi listrik alternatif dengan memanfaatkan limbah tebu dari industri pabrik gula dan bakteri selulotik dari rumen tempat pemotongan sapi.
“Untuk spesifikasi produk kami tentang Energi listrik alternatif yang ramah lingkungan, dengan memanfaatkan limbah ampas tebu dari industri pabrik gula dan bakteri selulotik dari limbah rumen tempat pemotongan sapi,” ungkap Edysul saat diwawancarai Pijarnews.com, Kamis (19/05/2022).
Lomba yang dilaksanakan 14-15 April di Universitas Teknologi Malaysia itu, Edysul dan kawan-kawan berhasil menyabet medali perunggu dan berhasil menyisihkan 126 tim dari negara-negara besar di Asia.
“Kami tentu sangat berbangga bisa menjadi juara ketiga pada lomba internasional tersebut, ternyata kami bisa bersaing dengan negara-negara asing di Asia,” tandas Edysul.
Sementara itu, Fira yang juga merupakan salah satu anggota tim UIN Makassar mengatakan, meski tidak mendapatkan beasiswa khusus, namun ia tetap bersyukur karena telah mendapatkan pengalaman luar biasa di kancah internasional.
“Untuk jaminan beasiswa dari pihak penyelenggara atau pemerintah tidak ada, tapi Alhamdulillah kami mendapat dana apresiasi dari kampus,” terang Fira, selaku pengurus Riset Keilmuan dan Kemitraan Masyarakat UIN itu.
“Sebenarnya dengan dapat penghargaan, itu sudah lebih dari cukup untuk kami sebab tujuan awal hanya ingin menambah pengalaman berkompetisi di tingkat internasional,” tutupnya. (*)
Reporter : Sucipto Al-Muhaimin
Editor : Muhammad Tohir