PINRANG, PIJARNEWS.COM — Siapa yang tak kenal donat? Kue ini populer dan disukai sejumlah kalangan dari beragam usia. Mulai anak-anak hingga orang dewasa.
Konon, kue tersebut berasal dari Belanda. Namun kini, kue berbentuk bundar yang di tengahnya ada lubang itu juga digemari warga di Kabupaten Pinrang.
Salah seorang pengusaha asal Pinrang, Herman Andi Paturusi (45), yang menggeluti usaha kue donat. Pria yang kerap disapa Herman itu adalah seorang Ayah yang memiliki 3 Anak bernama Aurelia Al-Fatihah, Aurora Al-Baqarah dan Aurelio Ali-Imran. Sedangkan Istrinya bernama Suhaemi Askin.
Toko Donat milik Herman berada di Jalan Ahmad Yani No 47, Simpang Lima, Kabupaten Pinrang, sebelah kiri Toko Foto Inti jika dari arah Kota Parepare ke Polman. Adapula di Jalan Jenderal Sudirman, Pangkajene, Sidrap.
Herman menggeluti bisnis kuliner kue donat awalnya hanya iseng. Saat itu, sejumlah jenis dagangan di warung kecil Makareso mie bakso miliknya, belum laris. Untuk menambah variasi jualan, ia meminta istrinya membuat kue donat.
Alasannya, karena bahan kue donat mudah ditemukan dibanding kue lainnya.
“Dengan resep seadanya yang dipelajari dari kaleng pembungkus blueband, istri saya kemudian mencoba membuat kue donat. Saat itu tahun 2015. Kami jual donat dengan harga seribu rupiah per biji,” kata Herman kepada PIJARNEWS.COM, Jumat (3/6/2022).
Herman mengungkapkan, saat merintis usaha donat, ia memang sudah ada “feeling” jika usahanya akan maju. Ia kemudian memperbanyak produksi dan menitipkannya di tempat penjualan kue.
“Saya kemudian mencarikan nama produk. Sebab khawatir pelanggan akan bingung mencari produk kami. Apakah konsumen menganggap produk kita baik atau jelek, yang penting ada dulu nama atau brand. Nama produk saya waktu itu donat ceria Makareso. Nama Makaresonya saya ambil dari nama warung,” ungkap Herman.
Satu tahun kemudian brand nama donat Herman diubah. “Saya menambahkan nama anak saya yang suka makan donat. Namanya Lylo. Soalnya sejak masih main kereta-kereta diusianya satu tahun, sudah doyan makan donat,” urai Herman.
Kebetulan toping donatnya, sambung Herman, dari awal adalah coklat. “Kemudian kita coret pakai cokelat-cokelat yang berwarna. Sehingga bisa membedakan dari donat-donat lainnya,” tandasnya.
Herman juga berkisah, saat pandemi Covid-19 melanda dua tahun lalu, penjualan Donat Lylo menurun. “Saat itu Donat Lylo sudah berusia 5 tahun. Kami mengalami penurunan penjualan. Khususnya saat lockdown dua pekan pertama,” ucapnya.
Namun, lanjut Herman, kondisi itu tidak menyurutkan semangat berwirausahanya. “Alhamdulillah kita take away, jadi kita tetap diizinkan. Meskipun ada batas penutupan,” beber Herman.
Ia menambahkan, penjualan donat beda dengan warung-warung dan cafe-cafe. “Alhamdulillah karena ini soal makanan, maka cuma dua pekan stagnan. Setelah itu, kami malah tambah karyawan dua kali lipat menjadi 24 karyawan dari yang sebelumnya 7 orang karena kita take-away dan online. Alhamdulillah kualitas kita bisa diterima di tengah masyarakat,” ujar Herman.
Usahanya itu mampu meraup untung di masa Pandemi. Bahkan setelah pandemi omsetnya bisa mencapai Rp 200 Juta per-bulan.
Donat Lylo reguler 1 box isi dua biji dibandrol dengan harga Rp12 ribu. Untuk isi 6 biji senilai Rp30 ribu, isi 9 Rp45 ribu, dan isi 12 biji Rp55 ribu. Sedangkan donat mini isi 12 dibandrol Rp30 ribu. “Untuk custom lukis donatnya beda harga dan tergantung tingkat kerumitan request,” rinci Herman.
Herman mengajak kaula muda agar jangan gengsi berwirausaha. “Kita mesti saling mendukung antar sesama pelaku usaha UMKM. Ini penting agar kita bisa sukses bersama-sama,” tutupnya. (*)
Reporter : Faizal Lupphy
Editor : Alfiansyah Anwar