PINRANG, PIJARNEWS.COM — Hasil tidak akan menghianati usaha. Mungkin begitulah ungkapan bijak yang dilakoni Sahidi (46) dan keluarganya membangun usaha pembuatan dan penjualan kue Bolu Cukke. Usaha ini terletak di Jalan Poros Parepare-Pinrang, tepatnya di Desa Makkawaru, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Nama usahanya Bolu Cukke I Hati. Usaha ini masih eksis alias bertahan hingga saat ini. Omzetnya pun terus mengalami peningkatan hingga mencapai puluhan juta rupiah per bulan.
Sahidi, pemilik usaha kue khas Bugis Bolu Cukke ini mengaku bersyukur masih bisa menjalankan usahanya saat diwawancarai, Kamis 9 Juni 2022 lalu.
Sahidi menceritakan, usaha pembuatan Bolu Cukke ini dirintis sejak 20 tahun lalu.
Ia mengaku memulai usaha tersebut dengan perjuangan dan pengorbanan pada tahun 2002.
“Awalnya lumayan sulit. Saat itu, saya hampir setiap hari menjual dari pasar ke pasar. Saya bahkan sempat merantau karena penghasilan tidak cukup untuk kebutuhan keluarga. Tapi saya tidak putus asa. Syukur Alhamdulillah saat ini bisa mencapai seperti sekarang,” ucap Sahidi.
Seiring berjalannya waktu, lanjut Sahidi, kue dengan bahan dasar gula merah atau bahasa bugisnya beppa golla cella’ itu, kini berkembang. Pelanggannya bukan hanya warga lokal, sambungnya, tapi juga warga pendatang atau yang kebetulan melintas di depan rumahnya.
Sebagian rumah Sahidi disulap sebagai tempat pembuatan dan penjualan Bolu Cukke. Informasi yang diperoleh, sejumlah pelanggan juga mengirim Bolu Cukke ini ke luar pulau Sulawesi seperti Jakarta dan Kalimantan. Bahkan produk bolu Cukke ini dikirim hingga ke luar negeri seperi Malaysia.
Sahidi merincikan, Bolu Cukke dijual bervariasi. Bolu Cukke dengan kemasan besar berisi 28 biji, harganya Rp25 ribu per bungkus. Sedangkan kemasan kecil berisi 22 biji dengan harga Rp 20 ribu.
Menurut Sahidi, para pekerjanya mulai beraktivitas dari jam 7 pagi sampai dengan jam 5 sore. Sedangkan waktu istirahat di siang hari sekira jam 12:30 wita.
Sahidi menambahkan, usaha kue khas Bugis Bolu Cukke ini telah resmi terverifikasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dengan lima jumlah karyawan, Sahidi masih eksis menjalankan usaha pembuatan kue tradisional itu. Meski demikian, di masa pandemi Covid-19 selama dua tahun, omzetnya mengalami penurunan. “Sebelum corona, omzet mencapai Rp30 juta per bulan. Tapi saat pandemi covid, omzet mengalami penurunan. Bahkan pernah libur dua bulan akibat dampak corona. Semoga penjualan bisa kembali normal,” ujar Sahidi.
Meski masih suasana pemulihan ekonomi, Sahidi masih terus bersemangat menjalankan usahanya. “Saya selalu berpegang teguh pada prinsip. Jangan pernah bosan dengan pekerjaan. Jangan juga mudah putus asa. Serahkan semuanya kepada Allah SWT. Sebab pasti ada hikmahnya,” tutup Sahidi.
Salah seorang pelanggannya, Hj Atija, warga Labukkang Parepare mengaku sering membeli Bolu Cukke I Hati. “Kalau saya pergi meninjau sawah di Taman Sari Pinrang, saya sering mampir membeli kue bugis Bolu Cukke I Hati. Sebab kuenya enak dan bisa bertahan hingga sepekan. Harganya juga masih terjangkau,” kata Atija. (*)
Citizen Jurnalis : Rica Monica, Mahasiswi Jurnalistik Islam IAIN Parepare
Editor : Alfiansyah Anwar