OPINI — Piala dunia membawa cerita. Ada ambisi, semangat juang, perjuangan, kebersamaan dan nasionalisme.
Status di media sosial, komentar saling berbalas. Fanatisme pendukung walau bukan dari negara asal kesebelasan yang lagi bertanding. Bahkan ada yang tanpa mampu mengontrol nafsu amarah sampai harus bertengkar.
Fenomena sepakbola yang merupakan olahraga paling populer sejagat raya telah menghipnotis di belahan dunia. Piala dunia di Qatar tidak hanya perjuangan 22 orang memperebutkan bola di lapangan yang ditonton ribuan orang. Baik langsung maupun melalui televisi, tetapi dibalik itu membawa banyak cerita.
Perjuangan para pendukung LGBT untuk dapat memanfaatkan ajang ini, sebagai media sosialisasi, publikasi ornamen-ornamen LGBT, bahkan dipaksakan agar tidak ada pelarangan. Namun, Qatar sebagai tuan rumah dengan komitmen mempertahankan identitas negara sebagai negara Islam yang menolak LGBT tidak memberi peluang untuk itu.
Cerita yang paling populer baru saja terjadi saat Maroko menghentikan langkah Portugal dan masuk semifinal. Maroko telah mengukir sejarah baru dan tidak menutup kemungkinan akan melaju ke babak final.
Ini mengejutkan dan menggemparkan dunia. Takbir, shalawat menggema bukan hanya merasuk di telinga pendukungnya, tetapi seluruh penghuni bumi mendengarkan pekik takbir dan lantunan shalawat.
Piala Dunia Qatar membuka mata dunia, begini Islam, bukan yang dipahami banyak orang sebagai kumpulan radikal, kumpulan para pembenci selain Islam, tetapi Islam adalah Rahmatan Lil Alamin.
QATAR mewakili negara Islam menunjukkan keramahtamahan dalam menerima tamu. Melayani tamu dengan cinta tanpa membeda-bedakan. Konsep Litaarafu diwujudkan.
Maroko mewakili negara Islam menggambarkan semangat juang pantang menyerah. Memadukan kekuatan fisik, profesionalisme, dengan kekuatan rohani. Ada Ikhtiar, doa dan tawakkal. Tidak mempertontonkan euforia yang berlebihan.
Saat meraih sukses tergambar “Fa Idza Azamta fa tawakkal alallah”. Dengan tetap berserah diri pada sang Maha Pencipta Allah Swt.
Wujud rasa syukur tercermin setelah meraih kemenangan tanpa kecuali serempak sujud syukur di lapangan, dan yakin kemenangan itu diraih dari kekuatan yang diberikan Allah Swt. La hawla wa la kuwwata illa billah.
Paling menarik dan ini dipertontonkan pemain Maroko, setelah bersyukur, mereka berlarian ke pinggir lapangan menjemput Ibu yang telah melahirkannya. Memeluk, menciumkan bahkan membawa ke tengah lapangan. Seakan mengatakan kepada seluruh dunia, apa yang kami raih saat ini tidak mungkin tanpa perjuangan dan doa seorang ibu.
Sosok ibu tanpa dilihat dari latar belakang ekonomi, pendidikan, tetapi ketulusan, keikhlasan dan semangat juang disertai doa akan kesuksesan, kebahagiaan anaknya telah menjadikan Maroko meraih sukses.
Selamat dan terima kasih QATAR telah menjelaskan Islam melalui sepakbola.
Selamat dan terima kasih MAROKO telah menunjukkan kekuatan dan kemenangan yang diraih di dalamnya ada kekuatan Allah Swt., dan kekuataan doa seorang IBU. (*)
Oleh : HM Saleh (Dosen IAIN Parepare)