Penulis: Asy-Syifa Ummu Sidiq
BAGAIMANA perasaan orang tua ketika mengetahui anaknya telah tiada? Apalagi, menjadi korban pembunuhan teman sebaya. Ayah ibunya tentu tidak bisa menerima begitu saja. Bahkan, masyarakat kita pun dibuat kecewa. Anak yang masih berumur jagung tega menghabisi teman mainnya. Apakah yang salah hingga terjadi kejadian seperti ini?
Tega
Remaja berumur 17 dan 14 tahun tega membunuh bocah (11). Berawal dari tergiurnya tersangka dengan iming-iming uang dari hasil penjualan ginjal di situs Yandex. Akhirnya, ia merencanakan pembunuhan itu untuk mengambil ginjalnya. Sayangnya, setelah berhasil menghilangkan nyawa, ia tak tahu cara mengambil ginjal. Mayat korban pun dibuang.
Menanggapi kejadian ini, Director Deputy ICT Watch, Widuri memberikan tanggapan. Transformasi teknologi telah banyak mengubah pola hidup masyarakat. Tidak terkecuali internet, kemajuan ini membuat orang menjadi tidak sabar, mudah terpancing emosi hingga tergiur dengan iming-iming. Selain itu, ada tuntutan tersendiri bagi remaja, mereka harus memiliki apa yang dimiliki orang lain. Walhasil, jalan pintas pun dipilih, meski harus menempuh cara yang salah (Republika, 11-01-2022).
Menanggapi kasus ini, pemerintah pun melakukan tindakan. Tidak tanggung-tanggung, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memblokir tujuh website dan lima grup media sosial (medsos) yang memuat konten jual beli organ tubuh manusiamanusia (Tribunnews, 14-01-2022).
Salah Menempatkan
Motif yang dilakukan pelaku adalah untuk mendapatkan uang. Dari sini kita melihat, dorongan materi dan kenyamanan hidup membuatnya melakukan pembunuhan. Tanpa berpikir panjang terhadap akibatnya, ia memutuskan menghilangkan nyawa orang.
Secara fitrah, manusia memang dikaruniai naluri. Ada naluri kasih sayang, naluri beragama, dan naluri eksistensi diri. Naluri-naluri ini muncul jika ada pemicunya, dan jika tidak dipenuhi akan menimbulkan kegelisahan, tetapi sebenarnya tidak selamanya harus dipenuhi karena pemenuhannya bisa dialihkan ke naluri yang lain.
Keinginan mendapatkan uang banyak merupakan naluri eksistensi diri yang muncul dari melihat situs-situs penjualan organ tubuh. Dorongan untuk mendapatkan uang dan memenuhi eksistensi dirinya ini telah mampu menutup rasa kasih sayang antar sesama. Ia mengesampingkan naluri kasih sayang yang dimiliki, hanya untuk memenuhi naluri lainnya. Sayangnya, upaya remaja tersebut dalam memenuhi tuntutan kepuasan naluri itu salah. Demi memperoleh uang, ia justru melakukan aktivitas pembunuhan.
Hilangnya Kontrol
Kesalahan dalam memenuhi naluri ini disebabkan oleh hilangnya kontrol, baik itu kontrol pribadi, kontrol keluarga, kontrol masyarakat maupun kontrol negara.
Kontrol pribadi, misalnya, orang akan dapat memutuskan sesuatu itu sesuai dengan pemahamannya. Manusia dikaruniai akal untuk berpikir dan memilih, yang benar dan yang salah. Remaja pembunuh ini sudah kehilangan kemampuan akal, mereka tidak lagi bisa berpikir jernih. Artinya, secara pemahaman, keduanya tidak memahami jika perbuatannya itu salah.
Faktor yang memengaruhi pemahaman ini adalah keyakinan. Keyakinan yang dimaksud adalah agama. Ajaran agama akan memberikan petunjuk bagi seseorang, tentang benar dan salah. Jikalau sampai ada yang tidak memahami ini, berarti ia tak lagi mengambil agama sebagai kontrol pribadinya.
Keluarga memiliki peran yang amat besar. Di tempat ini seorang anak seharusnya mendapatkan pendidikan pertama. Orang tua mendidik anak dengan acuan agama. Mereka juga wajib mengarahkan dan membimbing anak untuk mampu membedakan aktivitas benar dan salah sesuai landasan agama. Dengan begitu, ketika balig mereka akan matang pemikirannya.
Berbeda dengan saat ini, mayoritas anak-anak mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Orang tua memberikan semua fasilitas, tanpa memberikan bekal dan memastikan keamanan mereka. Ayah dan ibu sibuk bekerja karena tuntutan pemenuhan materi, sedangkan anak hanya dipenuhi hal materinya, bukan kasih sayang dan mendidiknya. Walhasil, lahirlah generasi yang tidak siap membedakan benar dan salah. Bahkan, mudah tergiur dengan rayuan.
Kontrol masyarakat sebenarnya juga memengaruhi. Masyarakat yang cenderung materialisme, segala sesuatu dinilai dengan uang memberikan pengaruh yang besar bagi anak-anak. Mereka akan hidup di lingkungan yang menomorsatukan materi dari pada lainnya. Apalagi, ketika masyarakatnya tidak lagi mengenal agama, anak pun akan mudah terpengaruh dan menjadi liar pikirannya.
Kontrol negara memiliki peranan yang sangat besar. Kurikulum pendidikan yang diberikan selama ini ternyata tidak mampu melahirkan generasi yang mumpuni dan cakap dalam memilih/menentukan aktivitas. Pembelajaran di sekolah yang hanya sebatas taklim tidak mampu membentuk seseorang memiliki kepribadian yang luhur. Hingga akhirnya, mereka tidak mampu berpikir yang benar.
Kemajuan teknologi sebenarnya juga menjadi tanggungjawab pemerintah. Seyogianya, situs-situs seperti Yandek dkk, sudah diblokir sejak awal. Tindakan itu untuk mencegah hal-hal tidak diinginkan terjadi. Ini masuk dalam kontrol pemerintah. Kenyataannya, situs-situs seperti ini baru diblokir setelah muncul tindak kejahatan, terkesan kontrol pemerintah lemah.
Buah Kapitalisme
Tata kehidupan yang semrawut dan hilangnya berbagai peran sebagaimana dijelaskan di atas karena bangsa ini mengambil kapitalisme sebagai acuan. Negara tidak mengambil aturan agama untuk membuat kebijakan. Seluruh aturan dibuat oleh manusia. Inilah yang disebut sebagai sekularisme.
Selain itu, nilai kebahagiaan dari mabda ini adalah materialisme. Kebahagiaan dinilai dari seberapa banyak materi yang didapat. Ini akan membuat orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Kapitalisme juga mengedepankan liberalisme, yaitu hidup serba bebas. Seseorang boleh melakukan apa pun untuk mendapatkan keinginannya. Paham ini kemudian menyebabkan anak tak lagi punya rambu-rambu benar dan salah. Selama sesuai keinginan, semua yang dilakukan itu benar.
Islam Memberikan Kontrol
Islam merupakan agama yang sempurna. Islam memberikan landasan benar dan salah yang jelas, yaitu Alquran dan Sunah. Jadi, seorang muslim diajari, untuk memenuhi dorongan nalurinya, harus sesuai dengan tuntunan hukum syarak. Apa pun yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggungjawaban, oleh karena itu, ia harus berpikir dahulu sebelum bertindak.
Islam juga mengatur peran masing-masing pihak. Mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat hingga negara memiliki tugas yang khas. Tugas tersebut disesuaikan dengan tuntunan Alquran dan Sunah. Seperti, keluarga harus menjalankan fungsi pendidikan pertama; sekolah yang mengedepankan konsep pembinaan bukan taklim, hingga bisa membentuk siswa berkepribadian Islam; masyarakat yang memiliki religiusitas, hingga mampu menyuasanakan anak-anak untuk dekat dengan Allah dan meninggalkan hal-hal yang buruk; serta negara yang menjalankan fungsinya sebagai pengontrol.
Jika seluruh elemen bisa berjalan dengan sempurna, maka tindak kejahatan seperti ini bisa diminimalisir. Apalagi dengan pemberian hukuman yang tegas, tidak akan ada lagi yang berani bertindak seperti ini. Wallahualam. (*)
Sumber: Muslimahnews.net
Editor: Dian Muhtadiah Hamna