PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kota Parepare Periode 2017-2018 akan gelar Pelantikan, Penataran Pimpinan (Tarpim) dan Rapat Kerja (Raker) pada Sabtu-Senin (6-8/1) di Auditorium Kampus II Umpar. Temanya, “Manifestasi The Creative Minority Sebagai Basis Pemikiran dan Gerakan IMM Parepare yang Berkemajuan.”
Dalam pembukaan kegiatan, ada rangkaian kegiatan yakni, Diskusi Buku “Predator Demonstran” yang ditulis Rizal Fauzi. Sebagai pembicara hadir langsung penulis buku dan dipanel dengan Muhammad Naim sebagai editor buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik, juga sebagai penggiat literasi dan alumni IMM. Diskusi buku dipandu Ketua Bidang (Kabid) Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) PC IMM Kota Parepare.
Menurut Ketua Umum IMM Parepare terpilih Tajuddin, diskusi buku ini bagian terpenting dari upaya membangkitkan budaya literasi di kalangan mahasiswa. “IMM Parepare masih konsisten menggunakan tema sentral IMM, The Creative Minority karena kita masih yakin bahwa untuk membangun literasi yang matang harus berawal dari kelompok ilmiah kecil yang konsisten,” pungkasnya.
Buku Predator Demonstran ini perlu didaras dalam rangka mengembalikan fungsi mahasiswa yang sesungguhnya. Bukan mahasiswa “kuda” yang mau ditunggangi. “Kuda punya kacamata yang tidak mampu melihat semua sisi di sekitarnya, karena itu ke mana ia ditunggangi untuk kepentingan tuan ke sanalah ia pergi, mahasiswa sebagai manusia dan lebih sebagai kaum intelektual tak layak dan tak pantas berlaku dan diperlakukan seperti itu,” lanjutnya.
Jusri Hadirman sebagai Kabid RPK terpilih, juga ikut memberi keterangan, bahwa ini adalah momentum para aktivis untuk melihat dgn kacamata analisisnya, mengenai siapa sih yang didemo dan ketika setelah aksi berlalu kenapa tidak ada terjadi seperti yang diinginkan, meski dengan melalui prosedur yang semestinya.
Jusri berharap, dengan adanya kegiatan ini, ke depan mahasiswa dan masyarakat melihat dengn jeli persoalan yang ada untuk diselesaikan dengan aksi yang berbuah positif (tidak merugikan siapapun). Mahasiswa dan masyarakat bisa bersatu kembali mewujudkan cita-cita luhur, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (rls/asw)