Essai — Di sejumlah tempat, angin kencang membawa dampak bencana. Mulai pohon tumbang hingga rumah warga juga ikut mengalami kerusakan.
Seperti yang terjadi di Kota Parepare. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat sedikitnya ada 5 rumah rusak dan 16 pohon tumbang akibat angin kencang.
Namun, angin kencang tak selamanya berdampak pada bencana, namun ternyata, juga bisa membuat senang dan bahagia. Terutama bagi mereka yang senang dengan permainan tradisional layang-layang.
Seperti di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, tepatnya di Desa Passeno, Kecamatan Baranti. Musim angin kencang kali ini mendadak langit di Desa Passeno diwarnai dengan ragam kreasi bentuk layangan. Ada yang berukuran kecil, sedang hingga besar. Modelnya juga unik. Ada yang memiliki ekor panjang hingga berbentuk pesawat terbang.
Pecinta layangan ini tidak hanya anak-anak, namun juga orang dewasa. Bagi anak-anak layangan untuk bermain hingga membuatnya riang, namun bagi orang tua tampaknya bukan hanya untuk sekadar memenuhi hobi dan kesenangan semata, namun juga sebagai ajang interaksi sosial. Sebab penikmat layangan tidak hanya si pemilik, namun juga bagi warga yang lain yang hanya sekadar menonton untuk menghabiskan waktu sore harinya.
Biasanya aksi bermain layangan ramai saat hari mulai sore, bahkan tak jarang layangan tetap mengudara hingga malam. Terutama layangan berukuran besar. Penandanya adalah bunyi. Sebuah alat yang dipasang oleh si pembuat layangan. Bunyi tersebut berasal dari jenis tali tertentu yang diikat pada ujung samping kanan dan kiri bambu. Ukurannya bervariasi mulai 15 centimeter hingga 30 centimeter.
Penulis : Muhammad Tohir