MAKASSAR, PIJARNEWS.COM–Salah satu upaya pembinaan kepribadian bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) adalah meningkatkan kualitas ketaqwaan, Seperti yang Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Sungguminasa dengan membuat program pendidikan Al Qur’an.
”Ada program Dirosa yaitu pendidikan buta huruf Al-Quran. Dan untuk yang telah mahir akan berlanjut mengikuti program Hafalan Alquran,” ujar Kalapas Narkotika Sungguminasa Sulsel, Yusran Saad, Rabu (26/5/2021).
Menurut Yusran, Kegiatan hafalan Al Quran itu awalnya dari kemauan WBP sendiri, setelah berjalan ternyata WBP tertarik dan antuias mengikuti hafalan Al-quran.
“Kita bersyukur sekali antusiasme WBP untuk melaksakan kegiatan ini. Lapas Narkotika akan terus memfasilitasi agar jumlah penghafal Alquran dari dalam Lapas, meningkat ,” Terang Kalapas Yusran di Lapas Narkotika.
Kasi pembinaan Narapidana Sinardi, mengatakan pembinaan tersebut dilaksanakan atas kerjasama dengan Kementerian Agama Kabupaten Gowa, Pondok Pesantren Darus Istiqamah dan Hidayatullah. “Setiap hari ada 4 petugas Lapas dan 9 WBP yang mendampingi,” kata Sinardi.
Menurut Sinardi, kegiatan dirosa telah diikuti oleh 160 orang WBP sedangkan penghafal Al-quran sebanyak 79 orang, terdiri 56 orang penghapal jus 30 dan 23 orang penghapal juz 29.
Indra, salah seorang WBP peserta program hafal Al Qur’an asal Makassar mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut sangat bermanfaat dan memberikan rasa tenang bagi dirinya saat menjalani pidana. Dirinya mengaku saat ini telah menghafal 3 Juz yaitu Juz satu, dua, dan juz tiga puluh.
Kepala Kantor Wilayah, Harun Sulianto mengapresiasi program hafal Al-quran tersebut, dengan harapan WBP memperbaiki diri, menyadari kesalahannya agar menjadi warga negara yang baik dan berguna bagi dirinya, keluarga dan masyarakat selama dan setelah menjalani pidana.
“Semoga ini jadi bekal yang baik untuk reintegrasi sosial WBP kembali ke masyarakat setelah bebas nanti,” Kata Kakanwil Harun.
Sementara itu, Kepala Ombudsman Perwakilan Sulawesi Selatan Subhan memberikan apresiasi pelaksanaan pembinaan di Lapas Narkotika khususnya kegiatan keagamaan.
Menurut Subhan saat dirinya berkunjung ke Rutan dan Lapas selalu siang , waktunya Sholat Dhuhur, dan itu tanpa pemberitahuan. “Yang saya saksikan para warga binaan melakukan sholat berjamaah, sampai harus buat tenda Karena peserta membludak. Jadi saya berfikir pembinaan keagamaan berhasil di hampir seluruh Lapas dan Rutan. Demikian juga untuk penganut agama lain, Kristen misalnya juga rajin ibadah, yang mungkin ketika diluar sebelum di LP jarang melakukan sholat berjamaah atau ke gereja,” Ungkap Subhan.
Menurut Subhan, yang harus disampaikan ke masyarakat, bahwa banyak kegiatan positif termasuk pengajian dan penghafal Al Qur’an didalam lapas dan rutan, sehingga stigma negatif terhadap LP bisa hilang secara perlahan dan mendapat dukungan semua pihak.