MAKASSAR, PIJARNEWS.COM—Saat ini fenomena disrupsi merambah semua lini kehidupan. Hampir semua kegiatan dan aktivitas manusia dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Media konvensional yang tetap setiap dengan gaya lamanya perlahan bakal kehilangan peminat. Dalam situasi disrupsi ini, di tengah banyaknya media online yang bisa dengan cepat menyebarkan berita tanpa melalui kajian mendalam tentang akurasi dan kebenaran informasi, media arus utama bisa menjadi bagian penting yang menjaga muruah jurnalistik. Topik ini mengantarkan Erniwati, Wartawati Senior Harian Fajar menjadi doktor dalam promosi doktor yang berlangsung Rabu (11/1/2023) di Aula Prof Syukur Abdullah Lt. 3 Fisip Universitas Hasanuddin.
Erniwati mengangkat judul disertasi Disrupsi Media Baru terhadap Media Arus Utama (Studi tentang Surat Kabar Harian Fajar dan Tribun Timur di Kota Makassar) dengan promotor Prof. Dr. H. Andi Alimuddin Unde, M.Si, Ko-Promotor 1 Prof.Dr. Marzuki, DEA dan Ko-Promotor II Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc. Adapun penguji eksternal menghadirkan Jurnalis Senior dan Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.
Pada kesempatan itu, Erniwati secara lugas membeberkan hasil penelitiannya yang dilakukan selama dua tahun. Menggunakan metodologi kualitatif deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan pembaca surat kabar, akan tetapi dari segi pertumbuhan iklan media cetak masih bertumbuh. Beberapa faktor yang terpengaruh adalah penuruan omzet yang dipicu oleh turunnya minat masyarakat membaca berita lewat media cetak.
“Surat kabar Harian Fajar dan Tribun Timur berkeyakinan bahwa media arus utama akan tetap bertahan di era disrupsi media baru, dengan upaya menyajikan kebutuhan pemberitaan masyarakat soal pemberitaan, mengikuti perkembangan teknologi dan independensi media dalam kapasitas yang dimiliki oleh media,” tandasnya.
Termasuk di dalamnya strategi yang dilakukan dengan digitalisasi koran dalam bentuk e-paper, inovasi isi konten, networking dan restrukturisasi organisasi.
Saat sesi tanya jawab berlangsung antara tim penguji dengan promovendus, Dahlan Iskan memaparkan bahwa bisnis media adalah bisnis kepercayaan. Dahulu, dia percaya bahwa masyarakat masih akan percaya media arus utama dalam hal ini surat kabar dibanding dengan media sosial. Namun ternyata, berdasarkan data, tingkat kepercayaan masyarakat kepada surat kabar hanya 40 persen dan tidak jauh persentasenya dengan kepercayaan masyarakat terhadap media sosial.
“ Jika kepercayaan masyarakat terhadap surat kabar sama rendahnya dengan kepercayaan kepada media sosial, apalagi yang bisa dipertahankan dari surat kabar? Apakah surat kabar untuk berubah harus menunggu dulu tipping point atau berubah dari sekarang?” tanya mantan pemilik Jawa Pos grup itu.
Dengan lugas Erniwati menjawab bahwa untuk melakukan perubahan menghadapi era disrupsi ini, kedua surat kabar terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) itu harus lebih dahulu melakukan riset komprehensif. Apakah memang masyarakat masih butuh media cetak? “Dan ini tidak dilakukan oleh kedua media itu,” tandasnya.
Menurutnya, adaptasi harus dibarengi dengan riset komprehensif agar tidak salah mengambil keputusan. Perlu ada upaya evaluasi SDM dan konten berita. Jika oplah menurun, maka perlu dibarengi kualitas. “Pengelola media juga harus legowo dan awareness. Jangan mengatakan bahwa kita baik-baik saja sebelum benar-benar media cetak hilang. Bukan internet yang salah, bukan perubahan yang salah. Tetapi perusahaan yang salah memprediksi. Jadi tidak perlu menunggu mati untuk segera berubah,” katanya yang disambut tepuk tangan hadirin. Erniwati meraih predikat Sangat Memuaskan pada promosi doktor tersebut. (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna