Memasuki pekan pertama bulan puasa, saya berinisiatif memediasinya ke Lazismu agar diberi bantuan modal usaha. Setelah mendapat bantuan, jenis takjil yang dipilih adalah es buah, tentu dengan maksud agar mudah terjual karena musim kemarau. Tempat berjualannya di pinggir jalan besar, yakni Jalan Andi Makkasau.
Setelah hari kedua berjualan takjil buka puasa, saya bertanya bagaimana penjualannya, jawabannya singkat. Hari pertama kembali modal, hari kedua rugi. Saya hanya bisa memotivasinya agar jangan berputus asa dalam berikhtiar.
Selain semakin booming-nya jumlah penjual takjil buka puasa, bisa saja kelas menengah sejak bulan puasa tahun ini sudah mengubah orientasi perencanaan anggaran belanja kesehariannya karena pendapatan yang stagnan atau bahkan mulai menurun. Jika beberapa tahun sebelumnya kelas menengah lebih memilih belanja takjil buka puasa, maka tidak mustahil mulai tahun ini mereka sendiri yang membeli bahannya lalu memasak sendiri.
Fenomena ini bisa jadi sebagai penanda menurunnya daya beli masyarakat, bisa juga ditandai dengan semakin banyaknya penjual takjil buka puasa meski dengan resiko jualannya tidak terjual habis. Dengan semakin banyaknya penjual takjil buka puasa, sudah pasti mereka saling beririsan satu sama lain untuk memperebutkan pembeli yang secara kebetulan sebagian diantaranya mungkin pula sedang menghadapi masalah ekonomi.
Kini bulan puasa telah berlalu sedangkan pembatasan sosial masih terus diberlakukan untuk menghindari penyebaran virus corona secara cepat, itu artinya para mantan penjual takjil buka puasa harus segera beralih jenis jualan karena saat ini tidak ada kerumunan. Tentu nasib pelaku usaha mikro bisa dimaklumi jika mereka mengharapkan dukungan pemerintah daerah dalam hal pendampingan teknis agar kapasitasnya bisa meningkat sehingga kelak mereka bisa hidup mandiri.
Pendampingan teknis kepada pelaku usaha mikro merupakan aspirasi yang terus didengungkan, karena mereka tidak memiliki modal yang kuat dan kapasitas yang terbatas serta lemahnya jejaring diantara mereka. Menurut pembaca apa yang dibutuhkan pelaku usaha mikro sehingga mereka bisa berusaha secara berkelanjutan dan kelak menjadi mandiri?
*Penulis adalah Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah (UM) Kota Parepare dan Direktur YLP2EM Parepare. HP/WA 08124265292.