PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Dua buku terbaru karya penulis-penulis terbaik di Parepare, di-launching resmi di Kafe Pales Teduh, Senin 22/5. Masing-masing berjudul ‘Belajar Memecah Kenangan’ dan ‘Pagi di Bacukiki’.
Belajar Memecah Kenangan, adalah antologi puisi dari Komunitas Parepare Menulis. Atau buku kedua dari Parepare Menulis, yang sebelumnya berupa sehimpun cerpen, yang diberi judul ‘Benarkah Menantuku Parakang’. Di Buku Belajar Memecah Kenangan, terdapat 112 puisi yang ditulis oleh 20 penulis, pada buku setebal 118 halaman itu.
Sementara buku ‘Pagi di Bacukiki’ adalah buku perdana dari Ahmad Kohawan. Ahmad menjelaskan, sebagian dari isi bukunya adalah pesan pemberontakan. sebagian yang lainnya adalah kegelisahan didunia pendidikan, dan yang terakhir berisi mimpi-mimpi dari penulis.
“Saya ingin mengajak kita semua terlibat dalam dunia kata-kata dan tulisan. Dari kata dan tulisan, kita bisa mengenal tuhan, mengenal sesama, dan mengenal sekitar kita,” katanya.
* Tulisan adalah warisan
“Saya berharap kedepan, akan lahir penulis-penulis besar dari Parepare. Dua buku ini saya kira adalah langkah yang tepat kearah sana,” kata Tri Astoto Kodarie, yang didaulat menulis pengantar pada dua buku tersebut.
Sementara, pada pengantar acara launching tersebut, Sahran Himamaru berpesan ‘kurangi lisan, karena lisan kadang tidak meninggalkan apa-apa selain kebencian’. Perbanyak menulis, karena warisan terbaik adalah tulisan.
“Salah satu tanda kehancuran bangsa, adalah ketika warganya lebih banyak mengoleksi baju daripada buku,” demikian pesan Sahran.
Disela acara, ada musik akustik dari Explocoustic, Rusdi Bento, dan Akustik Trotoar. Juga ada pembacaan puisi berjudul ‘Kupinang kau dengan syahadat’ oleh Fajriani Ramadan. (ris-ibr)