PAREPARE, PIJARNEWS.COM– Penggunaan barcode untuk pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di Sulawesi Selatan mulai diberlakukan. Semua kendaraan roda empat diharapkan segera melakukan pendaftaran di website subsiditepat.mypertamina.id. Demikian disampaikan Supervisor SPBU KM3 Parepare, Mahatir, Kamis, (26/9/2024).
Lebih jauh ia menjelaskan, setelah lolos verifikasi, pengemudi akan mendapatkan barcode yang digunakan untuk membeli solar sesuai dengan kuota yang ditentukan. Untuk truk besar, jatahnya 200 liter, sedangkan kendaraan kecil maksimal 80 liter. Sementara bagi kendaraan roda dua itu tidak perlu menggunakan barcode.
“Tidak ada kendaraan tertentu yang harus menggunakan barcode, hanya saja kendaraan dinas yang berplat merah diharuskan mengisi bahan bakar yang non subsidi seperti Pertamax,” kata Mahatir.
Namun, penggunaan barcode bukan satu-satunya masalah terkait BBM saat ini. Kelangkaan BBM jenis Solar dan Pertalite juga banyak memantik keluhan warga.
Di Parepare, antrean panjang kendaraan, terutama truk dan kendaraan berat, tampak mengular di sejumlah SPBU. Salah satu antrean terlihat di SPBU KM 3 Jalan Ahmad Yani, pada Rabu (25/09/2024), di mana puluhan kendaraan sudah mengantre sejak pagi. Kelangkaan solar ini memaksa para pengemudi, baik truk, mobil pribadi, maupun angkutan umum, untuk rela menunggu berjam-jam demi mendapatkan bahan bakar.
Pantauan pijarnews.com, antrean kendaraan mengular hingga ke badan jalan, yang menyebabkan kemacetan di sejumlah akses utama. Terkait hal ini, Mahatir pun membenarkan bahwa pasokan Solar memang mengalami penurunan dan menyebabkan antrean panjang di SPBU-SPBU di Parepare.
“Sudah beberapa bulan ini pasokan masuknya lambat. Kadang pagi datang, kadang siang. Per hari kami hanya mendapatkan 8 ton, tergantung dari kuota yang ditentukan berdasarkan barcode,” jelas Mahatir.
Tamrin, seorang sopir truk yang sering bolak-balik antara Makassar dan Parepare, mengaku kesulitan mendapatkan solar.
“Sulit sekali dapat solar, kadang saya menunggu 3 sampai 4 jam, bahkan bermalam demi mendapatkannya. Saya harus cari SPBU yang masih punya solar, dan di situ saya antre,” ungkapnya.
Tidak hanya di SPBU KM3, kelangkaan solar juga terjadi di SPBU Ujung Bulu dan SPBU Patung Pemuda. Kondisi ini menyebabkan antrean kendaraan yang panjang dan kemacetan yang semakin parah di beberapa ruas jalan.
Syahrul, pengemudi lain, terpaksa berhenti di Parepare untuk menunggu pasokan solar, padahal ia sudah berencana mengisi bahan bakar di kota sebelumnya.
“Biasanya di perjalanan saya bisa langsung isi tanpa harus antre begini. Sekarang sudah beberapa hari sulit dapat solar di mana-mana, baik di Parepare maupun daerah lain. Akibatnya, saya terlambat sampai tujuan dan bisa kehilangan penghasilan harian,” keluhnya.
Kelangkaan solar ini tidak hanya berdampak pada pengemudi, tetapi juga mengganggu distribusi barang ke berbagai wilayah di Sulawesi Selatan. Banyak truk tertahan di Parepare, menyebabkan pengiriman barang terhambat, yang pada akhirnya memperlambat distribusi ke daerah-daerah lain. (*)
Penulis: M Nashiir A dan Rafli