SANUR, PIJARNEWS.COM—“Siang mbak Arin, teman-teman AJI dan semuanya. Rombongan Kupang sudah tiba dengan selamat. Penerbangan aman dan nyaman. Sampai ketemu di kegiatan-kegiatan lain dan salam sehat untuk kita semua”
Demikian pesan di grup WhatsApp yang ditulis oleh Maria Rossi, dosen komunikasi di Universitas Nusa Cendana, Kupang. Maria mengabarkan, pada Minggu (23/1/2022) dia tiba dengan selamat kembali ke Kupang setelah tiga hari mengikuti Training of Trainers (ToT) Literasi Digital untuk Akademisi.
Maria tidak sendiri, 19 akademisi lainnya dari berbagai perguruan tinggi khususnya yang berada di wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia-Google News Initiative. Pelatihan yang digelar Kamis-Sabtu (20-22/1/2022) ini dipusatkan di Prime Plaza Hotel Sanur, Bali. Dari media Pijarnews.com sendiri diikuti dua wakilnya yakni Dian Muhtadiah Hamna (Pemimpin Redaksi) dan Alfiansyah Anwar (Direktur PT Pijar Media Global). Dian merupakan dosen Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Makassar dan Alfiansyah, dosen Komunikasi di IAIN Parepare.
Selama tiga hari sejak pagi hingga petang, para akademisi yang umumnya dosen pengampu mata kuliah komunikasi dan jurnalisme ini diajar oleh para trainer yang berpengalaman. Ada FX Lilik Dwi Mardjianto (dosen Universitas Multimedia Nusantara), Inggried Dwi Wedhaswary (jurnalis Kompas.com), Zainuddin Muda Z Monggilo (dosen Universitas Gadjah Mada), Ika Ningtyas (jurnalis Cek Fakta Tempo.com), dan Nurfahmi Budiarto (jurnalis Liputan 6).
Mereka menerima materi mengenai informasi digital, disorder informasi, jurnalisme digital, memverifikasi informasi digital seperti sumber, foto, video, lokasi waktu dan kanal pemeriksaan fakta di Indonesia. Serta bagaimana menjaga keamanan dan privasi digital.
“Salah satu sumber informasi palsu dan menyesatkan adalah situs abal-abal yang memproduksi informasi semata-mata demi uang. Situs abal-abal menyembunyikan data agar tidak ketahuan siapa di balik situs tersebut,” ujar Ika Ningtyas, Sekretaris Jenderal AJI Indonesia yang tampil membawakan materi mengenai verifikasi sumber.
Ika yang juga merupakan jurnalis Tempo ini menyarankan perlunya pembaca mengecek status situs dalam profil “About Us” atau “Tentang Kami” bahwa dalam situs sebaikya sesuai Undang-undang Pers, berbadan hukum dan ada penanggungjawabnya. Perlu juga di cek ada alamat yang jelas, dan siapa saja orang-orangnya serta perlu mencantumkan pedoman pemberitaan media siber.
Pelatihan ini tak terasa membosankan meski materi yang disajikan cukup “memeras otak”. Kepiawaian panitia mengemas acara dengan game seru setiap sesi membuat pelatihan kian hidup dan mengakrabkan sesama peserta.
Di hari terakhir, lebih banyak digunakan untuk mempraktikkan tools-tools google dalam pengecekan fakta. Ada lima kunci pemeriksaan fakta yaitu menelusuri asal konten, mengecek sumber apakah kredibel atau tidak, mengecek waktu, lokasi dan motivasi si penyebar konten.
Setelah pemeriksaan fakta, digelar focus group discussion (FGD) yakni tiap akademisi diminta untuk mempresentasikan implementasi pelatihan dalam tiga rentang waktu; jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Untuk jangka pendek, tiap peserta diminta komitmennya membagikan kembali pelatihan tersebut kepada 10 akademisi di kampusnya paling lambat hingga April 2022. (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna