Suatu hari di sebuah kesempatan, seseorang akan menemukanmu dan atau kau menemukannya. Mungkin itu sebuah nasib, sengaja datang kepadamu. Ia membutuhkan pelukanmu, menyeka kegusarannya yang dalam. Tak peduli apapun keadaannya, ia hanya ingin dipeluk.
Saat air matanya jatuh di baju hijau yang kau pesan satuan dengan tulisan tangguh: sabar dan tabahlah agar kamu sukses. Pelan-pelan lelaki dengan nama samaran Rudi, melepaskan pelukannya dan menghapus sendiri air matanya dengan tissu yang kau berikan itu. Hening, suaranya gemetar, terisak kembali dan kini ia memeluk tiang penopang rumah, tepat di samping tempatmu duduk berdua di balai-balai.
Akhirnya kau tau penyebabnya, ia baru saja diputuskan setelah menyampaikan niatnya melamar seorang gadis. Nita, perempuan pujaan itu yang kadang hadir di mimpinya, kini melukis senyuman paling tragis di hidupnya. Nita memilih menerima pinangan orang lain karena mengira-ngira Rudi tak mampu mencukupi nafkah kehidupannya kelak.
Hari ini ia kini terisak sambil tersenyum, terharu. Secangkir kopi dihadapannya mendengarkan dengan baik derit-derit bunyi print bercampur dengan tangisannya. Cetakan undangan pernikahan diraihnya pelan-pelan, Rudi memandangnya lekat. RR, simbol besar pada halaman kertas yang luas. Namanya tertera sebagai mempelai pria disandingkan dengan Raisa, gadis yang menerima lamarannya. Perempuan kesekian setelah lamaran-lamarannya gagal berlabuh. Alasan Raisa sederhana saat menerima Rudi. Ia tak menyerah, Rudi terus berusaha hingga berulang kali. Pada pengajuan yang ke 13 lamarannya akhirnya diterima.
Raisa yakin Rudi adalah lelaki yang tak akan menyerah, terus berusaha hingga berulang-ulang kali untuk membahagiakan kehidupan mereka bersama.
Ibrah La Iman