Banyaknya mahasiswa yang mengeluhkan proses pembelajaran yang membosankan dalam ruang kelas tertutup. Pembelajaran dalam kelas sangat lama sekitar 40/45 menit/SKS X 2 SKS berarti sekitar 90 menit setiap mata kuliah. Dalam satu hari ada sekitar 4 mata kuliah jadi pembelajaran dalam kelas sekitar 360 menit pembelajaran berbasis knowledge.
Proses pembelajaran tidak bersifat kooperatif, dimana mahasiswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga aspek afektif tidak berkembang.
Sesuai keputusan menteri pendidikan nasional nomor 232/U/2000 pasal 5 tentang beban studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 SKS. Jika rata-rata mata kuliah memiliki 2 SKS maka jumlah mata kuliah pada satu program studi adalah sekitar 70 mata kuliah yang harus diampu oleh mahasiswa.
Selebihnya adalah mata kuliah yang memiliki bobot 3 SKS. Oleh karena itu sarjana tidak ada bedanya dengan robot yang memiliki kecerdasan buatan (artifisial intelegensi) mereka bekerja tanpa rasa, emosi, spiritual.
Faktor kurangnya keterlibatan mahasiswa dalam penelitian dan pengabdian dosen, sebagaimana dalam borang akreditasi tentang penelitian dosen dan mahasiswa, jumlah mahasiswa yang terlibat dalam penelitian dan pengabdian dosen.Keterlibatan mahasiswa dalam penelitian dan pengabdian masyarakat merupakan bentuk kaderisasi dalam riset dan sinergitas antara mahasiswa dan dosen dalam pengembangan riset.
Pemerintah telah berusaha melakukan perbaikan kualitas pendidikan, setiap lembaga perguruan tinggi pada substansinya memiliki standar kompetensi yang sama, yang membedakan antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi lainnya adalah inovasi dan kreatifitas dalam mengemas kurikulum.
Kurikulum merupakan manifestasi dari visi-misi perguruan tinggi. Menurut taksonomi Bloom tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga domain, yaitu: cognitive domain, affective domain, psychomotor domain. Pada kognitif domain menekankan pada keterampilan berpikir, pada afektif domain menekankan pada sikap, pada psikomotorik domain menekankan pada kemampuan motorik.
Berdasarkan domain tersebut mahasiswa tidak hanya mampu mengingat, memahami, menerapkan, akan tetapi mahasiswa mampu menganalisis dan menciptakan suatu karya dan berperilaku mulia.
Langkah-langkah efektif dalam mengembangkan kualitas sarjana di perguruan tinggi adalah pertama, penyusunan mata kuliah secara fleksibilitas, kontekstual, sehingga sarjana dapat mengikuti perkembangan, perubahan zaman dan teknologi. Kedua, metode pembelajaran secara kontekstual, kreatif dan inovatif misalnya metode pembelajaran student central learning,problem solving.
Ketiga, peningkatan program akademik di luar kelas misalnya kegiatan seminar, training. Keempat, evaluasi soal ujian berbasis praktik dan praktikum. Kelima, peningkatan fungsi penasehat akademik. Keenam, melibatkan mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan pengabdian dosen. Ketujuh, perbanyak mata kuliah berbasis praktik dan praktikum.Kedelapan, isu pendidikan seharusnya menjadi perhatian utama dalam debat capres dan wapres.
Penulis : Muhammad Qadaruddin
Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Parepare