PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Menanggapi aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Anti Kekerasan (Amatir), dosen IAIN Parepare, Anwar Senong angkat bicara.
Anwar Senong dituding oleh mahasiswa melakukan tindak kekerasan dengan melempar buku absen dan menampar kepala mahasiswa atas nama Muhammad Yunus saat perkulihan berlangsung.
Hal itu kemudian dibenarkan oleh Anwar Senong saat ditemui di ruang kerjanya. Dia mengaku peristiwa itu dilakukan akibat kelakuan mahasiswanya yang seringkali melanggar aturan yang telah disepakati dalam kontrak perkuliahan.
“Soal peristiwa kemarin saya akui memang mahasiswanya unik diajar. Tidak pernah saya dapatkan sebelumnya mahasiswa yang seperti itu apalagi semester satu. Sejak pertemuan pertama memang sudah kelihatan bandelnya, menantang kontrak kuliah yang diinginkan oleh dosen yang bersangkutan sementara yang lain menyepakati,” ungkap Anwar Senong, Rabu, 12 Desember 2018.
Adapun pelanggaran yang dilakukan oleh Muhammad Yunus ialah karena tidak mengenakan kopiah dan duduk di depan saat proses pembelajaran sesuai dengan aturan kontrak kuliah. Dari peristiwa itu Yunus sering diberikan sanksi berupa teguran dan lain sebagainya.
“Dari pelanggaran yang dilakukan, saya seringkali berikan teguran serta sanksi menggantikan saya di depan mengabsen teman-temannya, namun sepertinya senang dengan adanya sanksi itu,” jelasnya.
Lanjut Anwar, selain itu, mahasiswa itu sering memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memotong pembicaraan. Setiap kali pertemuan selalu seperti itu dan akhirnnya ditegur.
“Tidak baik memotong pertanyaan. Selesaikan dulu penjelasan baru bertanya dan berikan yang lain juga kesempatan mengajukan pertanyaan,” ujarnya.
“Inilah yang membuat kita emosi. Karena tidak ada pedulinya dengan apa yang disarankan, tidak ada sopannya terhadap dosen,” kata Anwar.
Salah seorang mahasiswi Syariah dan Ekonomi Islam Miranda, mengaku tidak menyangka terjadi peristiwa seperti itu. Miranda menilai sosok Petta Puang panggilan Anwar Senong adalah dosen yang baik dan sabar.
“Cuman bapak itu tidak suka kalau ada yang kurang ajar sama dia, tidak sopan sama dia. Tapi selama beliau mengajar biasa hanya menegur saja tidak pernah sampai main tangan,” imbuh mahasiswi semester sembilan itu.
Saat ini, kasus kekerasan tersebut akan diselesaikan oleh majelis kode etik melalui sidang kode etik IAIN Parepare. Meski telah dilakukan mediasi dan jalur damai di Jurusan Syariah IAIN Parepare sebelum aksi demonstrasi. (hmd/ibl)