SINJAI, PIJARNEWS.COM—Tiga dosen Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar mendampingi dan melatih masyarakat di Desa Bongki Lengkesae, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulsel mengembangkan industri kerajinan tangan dari limbah pisang. Ketiganya, Riskasari,S.Sos., M.AP, Sitti Rahmahmawati,S.Sos., M.Si dan Ahmad Syarif, S.Sos, M.IKom.
Riskasari, ketua dari kegiatan ini menceritakan di desa tersebut, populasi tanaman pisang cukup tinggi. Namun, pengolahan dari limbah pisang dengan menggunakan pendekatan reduce, reuse dan recycle (3R) belum maksimal. Oleh karena itu, para dosen ini melakukan pendampingan yang merupakan realisasi dari Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Pendampingan telah dilaksanakan pada Jumat (21/5/2021) lalu.
“Industri kerajinan anyaman pelepah pisang sebenarnya sudah ditekuni sejak tahun 2014 oleh masyarakat di desa tersebut. Namun ada beberapa permasalahan yang dihadapi anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mappideceng yang mengolah industri ini terkait aspek produksi yang masih terbatas,” tutur Riskasari kepada Pijarnews, Sabtu (19/6/2021).
Keterbatasan itu lantaran kurangnya anggota KUB yang aktif, keterampilan serta proses produksi masih menggunakan alat sedehana dan manual. Dari aspek manajemen, lemahnya fungsi pemasaran karena keterbatasan jaringan memasarkan hasil produksi. “Sehingga pembuatan bossara dari pelepah pisang itu, hanya dibuat berdasarkan pesanan saja. Mereka tidak menyediakan stok,” jelasnya.
Sitti Rahmawati menambahkan, proses kegiatan PKM dilakukan melalui beberapa rangkaian tahapan yaitu mulai tahap sosialisasi dan penyuluhan hingga bimbingan dan pendampingan langsung teknik pembuatan bossara, tempat tissue, bakul, tempat pulpen oleh Hatijah,S.Ag selaku Ketua KUB Mappideceng dan Ismasari S.Pd.
“Pelatihan meliputi dua kegiatan yaitu manajemen organisasi dan pelatihan perluasan jaringan dalam pemasaran dan pemodalan. Kami berharap melalui pelatihan ini, masyarakat kembali diberdayakan agar mereka bisa berwirausaha dengan baik. Pelepah pisang ini memiliki potensi ekonomis yang cukup tinggi,” tutup Rahmawati. (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna