PAREPARE, PIJARNEWS.COM – Muhammad Idul Masiga dan Nursalsabila Ishak menyabet juara 2 pada lomba Festival Aksara Lontara yang diselenggarakan Yayasan Dompet Dhuafa di Balai Ainun Habibie Kota Parepare, pada Ahad lalu (18/12/2022).
Muhammad Idul Masiga menyabet juara 2 cipta dan baca puisi Bugis sementara Nursalsabila Ishak menyabet juara 2 menulis cerita bahasa Bugis tingkat SMP se-ajatappareng, Keduanya merupakan siswa kelas 9, SMPN 9 Kota Parepare.
Salsa sapaan Akrab Nursalsabila Ishak mengungkap perasaan senang dan tidak menyangka bahwa meraih juara disela-sela kesibukan kegiatan Porseni sekolah.
“Saya berusaha sisihkan waktu untuk menulis disela kegiatan Porseni dan Alhamdulillah bisa dapat juara 2,” ucap dia dalam keterangan tertulis, Rabu (21/12/2022).
Ia mengungkapkan sangat menyukai pelajaran bahasa Indonesia terkhusus dalam hal membuat cerita.
“Saya memang suka soal merangkai cerita, bahkan mengarang cerita. Saya suka menulis sejak 2020 karena suka baca cerita fiksi dan sejak itu saya jadi sering menulis dan menghayalkan cerita,” tuturnya.
Menghadapi lomba Festival Aksara Lontara, ia mengaku sebelum mengikuti kegiatan Festival Aksara penuh dengan keraguan mengikuti ajang lomba tersebut.
Tetapi berkat dorongan salah seorang Guru Bahasa Daerah, Fitriani selaku pendamping dalam membimbing. Meskipun selalu sibuk dengan urusan hal lainnya.
Tak lupa, Salsa mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang penuh semangat sebagai seorang guru pendamping.
“Saya awalnya ragu tapi berkat ibu Fitri terimakasih atas bantuannya dalam memberikan saya motivasi dan membantu menerjemahkan tulisan cerita saya ke bahasa daerah,” ujarnya.
“Meski sibuk dengan urusan lain, tapi selalu menyempatkan diri dalam membimbing saya bersama teman mengikuti lomba Festival Aksara Lontara. Meskipun ini kali pertama saya mengikuti lomba ini, berkat dukungan dan bimbingan ibu, saya bisa mendapatkan juara yang membanggakan,” sambungnya.
Atas pengalaman yang diraih, ke depannya Ia akan terus mengasah kemampuannya dengan mengikuti lomba-lomba berikutnya.
“Insya Allah. Mungkin tidak bisa di sekolah yang sekarang, karena tahun depan sudah tamat tapi akan berlanjut di sekolah berikutnya,” pungkasnya.
Sementara, Fitriani selaku pendamping menyebutkan para siswa awalnya ragu mengikuti lomba tersebut akibat waktu yang mepet.
“Untuk lomba menulis butuh waktu dua minggu dalam mempersiapkan cerita dengan menggunakan bahasa Bugis, terjemahan bahasa Indonesia dan tulisan aksara lontara,” imbuhnya.
Selaku guru bahasa daerah Ia mengatakan akan terus selalu memberikan motivasi terhadap peserta didik dalam mencintai bahasa daerah.
Ia mengungkapkan agar bahasa daerah tetap dicintai akan mengajarkan bahasa daerah dengan cara yang menarik, seperti misal membuat pantun bahasa Bugis, penggalangan puisi serta gombalan Bugis.
Sehingga mewakili Kepala SMPN 9 Parepare, Kamaruddin, ia menyampaikan jangan pernah berhenti berproses terhadap prestasi yang baru diraih.
“Nikmati proses itu untuk mengetahui kualitas yang dimiliki karena proses tidak akan pernah mengkhianati hasil,” tutupnya.(*)
Reporter: Faizal Lupphy
Editor: Dian Muhtadiah Hamna