- Ket: Salah satu sudut Pasar Lakessi yang semakin sepi pembeli. Gambar diambil pada Kamis 8/11. (foto: Amiruddin/PIJAR)
PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Pasar Lakessi makin hari semakin dirasakan sepi pembeli. Sebagian pedagang memilih tutup kios lebih cepat. Penghasilan mereka semakin menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Ekonom melihat sejumlah faktor yang menyebabkan sepinya Pasar Lakessi. Diantaranya daya beli masyarakat yang melemah, toko ritel (semisal alfamart,red) yang semakin menjamur, harga yang melambung, pajak tinggi, hingga kelangkaan barang.
“Kompleks (penyebabnya, red). Namun yang pasti, pemerintah harus segera merumuskan solusinya. Selain itu kebijakan pemerintah terkait pasar harus segera dievaluasi,” kata pengamat ekonomi dari FE Umpar, Abdul Aziz.
Aziz menguraikan, pasar harus menjadi tempat yang nyaman bagi warga untuk berbelanja. Pengelolaan sampah pasar sehingga tidak menimbulkan bau tak sedap, mengadakan event rutin dipelataran pasar, penyeragaman harga, monitoring kelangkaan barang, dan segera memperketat lagi batasan toko ritel.
Dia juga menyoroti pembangunan infrastruktur yang gencar, namun tidak berdampak pada peningkatan kesejahteraan warga. “Infrastruktur gencar, sementara lapangan kerja kurang. Evaluasi segera program pembangunan, agar kita bisa lihat kelemahannya dimana. Saya yakin pemerintah punya caranya,” jelas Wakil Dekan FE itu.
baca juga : http://pijarnews.com/jangankan-pembeli-penjual-saja-sepi-di-pasar-lakessi/
Sebelumnya diberitakan, Pasar Lakessi Parepare makin hari makin sepi pengunjung. Dampaknya, penjual memilih menutup lebih cepat kiosnya dan memilih berjualan ditempat lainnya.
Pantauan PIJAR, Rabu (7/11) baru pukul 13.00 wita, banyak pedagang yang sudah tutup. Padahal, jam operasi pasar ini biasanya sejak pukul 07.00 wita hingga 17.00 wita. “Sudah beberapa bulan begini. Ini masih terhitung awal bulan, tapi tetap sepi,” ungkap salah satu penjual, Eni.
Ditempat yang sama, Abdul Wahab salah satu penjual rempah-remah, mengeluhkan hal serupa. Pembeli makin sepi saja, dan berdampak pada penghasilan pedagang.
“Padahal sebelumnya bagus sekali pak, perhari kita bisa dapat Rp500ribu sampai Rp700ribu, kalau sekarang paling Rp100ribu sampai Rp200ribu saja,” keluhnya.
Dia berharap, pemerintah memikirkan solusi agar pasar tersebut kembali ramai. “Kalau bisa tambah fasilitasnya. Ada wahana anak-anak, atau bikin event disini. Tempatnya kan sudah bagus, mirip mall,” tandasnya. (amr-mul/ris)