PIJARNEWS.COM — Ingat polisi, ingat kelakar Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid. Bagi Gus Dur, hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia. Ketiganya yakni patung polisi, polisi tidur, dan mantan Kapolri Hoegeng.
Ini semacam sindiran bahwa sulit mencari polisi jujur di negeri ini. Namun bukan berarti Indonesia sudah kehabisan polisi jujur nan inspiratif.
Dilansir dream, Indonesia kini memiliki polisi-polisi yang dianggap punya pengabdian tinggi terhadap masyarakat. Selain tulus melayani serta mengabdi kepada negara, mereka juga memiliki sikap terpuji. Siapa sajakah mereka?
Berikut dirangkum untuk pembaca.
1. Brigadir Guritno Bidjuni yang merangkap Jadi Guru
Brigadir Guritno Bidjuni, anggota Polsek Bone Polres Bone Bolango ini dengan tulus dan ikhlas, turut membantu mencerdaskan anak bangsa. Dia rela menjadi guru sukarela di SDN 6 kecamatan Bone, kabupaten Bone Bolango.
Kurangnya guru di SDN 6 Bone itu membuat Brigadir Guritno merasa terpanggil untuk ikut mengajar menjadi guru sukarela.
Ia mengaku dalam aktivitasnya menjadi guru sukarela tidak mengganggu pekerjaannya sebagai abdi negara. Ini malah menjadi motivasi untuk memajukan dunia pendidikan. Brigadir Guritno juga mengajar ngaji anak-anak di rumahnya yang sederhana.
2. Bripka Seladi Memulung Ketimbang Terima Sogokan
Kisah anggota kepolisian yang bertugas di Polres Malang Kota, Bripka Seladi, banyak membuat masyarakat terenyuh.
Sehari-harinya usai berdinas di kepolisian, bapak 3 anak ini rela melakoni pekerjaan sampingan yang dianggap rendahan masyarakat, menjadi pemungut sampah alias pemulung.
Dari pekerjaan sambilan tersebut, Seladi mendapat penghasilan tambahan Rp. 25 ribu rupiah hingga Rp. 50 ribu rupiah perharinya.
Meski dianggap ikhlas, Seladi mengaku ikhlas dan bangga dengan penghasilan tambahan seadanya tersebut, daripada harus menerima suap.
3. Bripka Junaidin Membangun Pesantren dari Gajinya
Ditengah kesibukan Bripka Junaidin bertugas sebagai aparat negara, Junaidin menyisipkan waktunya untuk mengajar hafalan Al-Qur’an dipesantren Al Fatur Alim milik sendiri yang terletak di dusun So Nggela Kelurahan Jati Wangi.
Pensantren Al Fatur Alim milik Junaidin ini dibangun sejak tahun 2009 dengan jerih payah dan biaya dari kantong pribadi, dengan menyisihkan gaji yang diperoleh tiap bulanya.
Pensantren Al Fatur Alim. Pada proses pembangunannya, Junaidin tidak menggunakan jasa tukang, semua dilakukanya sendiri dengan dibantu oleh warga sekitar. Bahkan mengangkut bahan baku seperti pasir, batu dan seluruh bangunan dilakukan sendiri.
4. Brigadir Piether Paembonan Menyekolahkan Ratusan Anak
Kehadiran seorang polisi anggota Polres Mamuju, Polda Sulawesi Selatan, Brigadir Piether Paembonan justru dinanti-nanti oleh anak-anak di sekolah.
Bagi mereka, Brigadir Piether merupakan sosok panutan, guru, teman, polisi, dan orangtua.
Di tengah kesibukannya berdinas di Polres Mamuju, Brigadir Piether juga masih menyempatkan waktu menjadi pengajar lepas di beberapa sekolah di Mamuju.
Ia pun terlibat langsung menyelamatkan nasib anak-anak putus sekolah. Hingga akhirnya usahannya tidak sia-sia, sebanyak 178 anak-anak putus sekolah, bisa kembali mengenyam bangku pendidikan.
5. Aiptu Marino, 12 Kali Mendaftar Sampai Lolos
Nama lengkapnya Aiptu Marino, S.Pd., S.Pd.I, S.H., M.H. Pria kelahiran Wonogiri, 15 Agustus 1967 ini adalah salah seorang personil Polres Parepare. Ayah dari tiga anak ini sudah 27 tahun mengabdi.
Dengan gelarnya yang bertumpuk, dia gagal sebanyak 12 kali sebelum akhirnya dinyatakan lolos menjadi Polisi.
Dia kini aktif memberikan sosialisasi dan penyuluhan, dengan terjun langsung ke sekolah. Baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), maupun di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang dilakukan setiap hari Senin hingga Kamis. Pada hari Jum’at khutbah di masjid, hari Sabtu dan Minggu mengajar di Kampus Umpar dan Akper Fatimah. Selain itu, dirinya juga masih aktif memberikan ceramah diberbagai komunitas masyarakat.
Aiptu Marino sedang menjalankan program Doktor, dengan mengambil Jurusan Ilmu Hukum di kampus Universitas Muslim Indonesia.
6. Kompol Mustaqim, Sekolah Gratis Untuk Anak-anak di Banyuwangi
Yang terbaru datang dari sekolah Al-Huda di Dusun Kedunen, Desa Bomo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur.
Sekolah ini tak pernah memungut uang pendidikan sekolah bagi siswa-siswinya yang belajar di sana. Yayasan Pendidikan Al-Huda itu milik Kompol Mustaqim, seorang perwira menengah di Polres Banyuwangi.
Kompol Mustaqim mendapatkan amanah dari orangtuanya untuk meneruskan lembaga pendidikan yang didirikan pada tahun 1954 itu.
Hingga saat ini, sekolah setingkat SMA di wilayah Desa Bomo itu sudah memiliki murid sejumlah 221 siswa.
Untuk menggaji guru MI, MA, plus pengajar TPQ maupun muazin Masjid Al-Huda, per bulan Kompol Mustaqim harus mengucurkan dana kurang-lebih Rp 7,5 juta.
Dan Subhanallah, Allah terus muncukupi Kompol Mustaqim dengan berbagai cara, salah satunya adalah hasil bumi miliknya yang selalu memuaskan. (***)