PAREPARE, PIJARNEWS.COM—Ketua Tim Penggerak PKK Parepare, Hj Erna Rasyid Taufan mengaku prihatin dengan sejumlah peristiwa kriminal yang dilakukan oleh pejabat di Indonesia bahkan dari kalangan cendekiawan. Sebutlah kasus Ferdy Sambo hingga Rektor Universitas Lampung yang terjerat OTT oleh KPK. Menurutnya, kondisi tersebut akibat adanya “Stunting Rohani” dalam lingkungan keluarga.
“Stunting rohani adalah perkembangan seseorang di bidang rohani atau makanan sehat untuk rohani. Inilah yang sangat kurang dibandingkan bantuan nutrisi dan gizi pada stunting jasmani,” jelasnya kepada Pijarnews.com, Sabtu (3/9/2022).
Ketua Lazismu Parepare ini melanjutkan, masih banyak kalangan keluarga yang mengabaikan. Padahal, baik stunting jasmani maupun rohani harus ditangani khusus sejak dini. Bahkan, porsi stunting rohani haruslah lebih mendapat perhatian. “Karena kalau rohani yang rusak maka tingkat kehancurannya jauh lebih parah. Baru-baru ini kita menyaksikan drama yang cukup tragis karena melibatkan emosi yang sangat tidak stabil dalam sebuah keluarga. Itu akibat kerusakan kronis pada sisi rohaninya dalam peristiwa Sambo. Kan bukan hanya mengganggu kehidupan keluarga tetapi bangsa dan negara karena beliau adalah pejabat negara,” papar Erna yang aktif member tauziah ini.
Erna menegaskan bahwa dirinya mendukung 100 persen program pemerintah yaitu meminimalkan stunting fisik. Bahkan, hal itu langsung dibuktikannya dengan terjun langsung memberi makanan tambahan untuk mencegah stunting pada balita. “Kader PKK Parepare tiap bulan mengadakan pendampingan dan support makanan bergizi baik yang sudah diolah maupun dalam bentuk susu instan,” kata istri Wali Kota Parepare, Taufan Pawe ini.
Namun dia mengingatkan, bahwa tidak hanya stunting fisik atau jasmani yang difokuskan kepada anak-anak tetapi juga perkembangan rohani anak tersebut.
“Jadi kalau nutrisi dan gizi semisal susu, keju, lemak, protein, dll dimaksimalkan. Tolong nutrisi untuk rohani anak jangan diabaikan,” ingatnya. Oleh karena itu, Erna menyarankan yakni di dalam rumah tangga hendaklah tercipta harmonisasi antara suami istri. Ayah dan ibu yang beriman, saling sayang menyayangi, menghargai, dll.
“Mau tidurkan anak misalnya carilah lagu-lagu shalawat, dll. Bahkan semasa anak masih dalam perut kita harus membiasakan berdoa, mengaji karena ini kan sudah banyak penelitian kondisi rohani ibu pada saat hamil harus stabil. Kalau perasaan wanita hamil terganggu oleh berbagai masalah akan memperngaruhi nafsu makan, murung, dll. Nah ini yang lebih parah,” tandas peraih International People Choice Award 2021-2022 itu.
Erna mengakatakan sangat salut dengan tindakan dan gerak cepat dengan adanya atau terdeteksinya stunting di Indonesia dengan indikator pertama dari ukuran tinggi seorang anak. Artinya anak-anak yang terindikasi stunting ini stop tingginya, stop otaknya.
“Katanya tinggi badan bisa pengaruhi masa depan akademik anak ini kelak. Alhamdulillah dari beberapa pengamatan banyak orang pendek tapi pintar dan berguna di tengah masyarakat. Termasuk contoh konkret bapak BJ Habibie termasuk pendek kasat mata tapi entah berapa tinggi beliau karena harus diukur,” katanya.
Erna mengaku resah karena mengapa dalam menangani stunting secara rohani, dari kita tidak “heboh”. Padahal seseorang yang umur dewasa harusnya sudah punya kemampuan berkelakuan bijak tapi malah berjiwa kerdil, cepat baper, sombong dan angkuh. Apalagi kalau sudah bergelar akademik tinggi. Lebih parah lagi kalau sudah merasa beriman maka dia memandang rendah orang lain dan bahkan mencela, meski tidak semua.
“Maka lahirlah orang seperti Sambo ( maaf) tinggi, tegap sehat jasmani tapi stunting rohani. Itu yang saya maksud. Tidak ada maksud mengatakan bahwa proyek perbaikan stunting jasmani ini tidak ada gunanya. Tapi kalau mau jujur tolong stunting rohani ini lebih patut dikerjakan karena akan merusak bukan saja keharmonisan rumah tangga atau lingkungan sekitar tapi bisa merusak bangsa dan negara,” tandasnya.
Oleh karena itu, lanjut Erna, di Parepare selain pihaknya intens mengurus stunting jasmani sebagaimana perintah pusat, dia juga melakukan pencegahan stunting rohani sedini mungkin. Erna juga berencana menulis buku khusus membahas masalah stopnya rohani dari menerima pesan-pesan Ilahi sehingga dalam hidup setiap manusia ada manajemen Ilahi.
“Di Parepare ada namanya majelis anak shaleh dan satu-satunya di Indonesia. Kami menggagas suatu program dengan Dinas Pendidikan. Di mana kami sebagai pemrakarsa meminta kepada kepala dinas untuk memberlakukan setiap hari sebelum masuk kelas anak-anak mengaji 10 sampai 15 menit. Dalam perjalanannya kemudian berkembang bukan hanya mengaji tetapi kultum, salat dhuha, dll,” pungkas Erna. (*)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna