Dulu kotaku sangat ramah, tapi sekarang, pejabatnya saja enggan bertegur sapah, rakyatnya saling caci maki di dinding-dinding facebook hampir setiap hari.
Dulu kotaku dikenal kota santri, tapi sekarang, tempat-tempat pelacuran tumbuh subur, taman-taman kota serta bangunan milik pemerintah jadi tempat kaum muda-mudi memadu kasih dan bercumbu rayu.
Dulu kotaku dikenal taat hukum, tapi sekarang, pejabatnya seakan silih berganti tersangkut kasus hukum.
Dulu kotaku tak pilih kasih, tapi sekarang, kedapatan membawa shabu kiloan serta pejabat yang terjaring OTT saat pungli bisa bebas, pejabat yang korup juuuugaa.. divonis bebas.
Dulu kotaku hasil pembangunannya sangat memberi manfaat, tapi sekarang seakan jadi pajangan, lihat saja wc canggih degan fasilitas AC dan panggung hiburan tak berfungsi dan tak terurus, jembatan dengan kilaun cahaya lampu yang berwarna warni tapi tak bisa dilintasi oleh rakyat, monumen cinta sejati hanya jadi tempat favorite berfoto selfie.
Dulu kotaku jadi barometer tentang kemerdekaan pers, tapi sekarang, media-media kritis seakan dituding pembuat informasi palsu (hoax), berita bohong, media tidak sehat, dianggap rival politik, serta dianggap titipan dan berbau politis, lalu kemudian diacarakan pula dengan deklarasi-deklarasi anti berita bohong dan media tidak sehat yang dananya tidak sedikit yang bersumber dari uang rakyat. (*)
Abdillah MS
Koordinator Perhimpunan Jurnalis Ajatappareng (PIJAR)
Pemimpin Redaksi Pijarnews.com