OPINI–Sesi pertama Debat Publik Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kota Parepare sudah digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Parepare, di hotel delima sari sabtu malam, (26/10/2024) kemarin, secara umum berjalan lancar, Namun secara teknis KPU wajib melakukan evaluasi secara menyeluruh, sebagai upaya penyempurnaan dan perbaikan bagi pelaksanaan debat Paslon di sesi kedua
Menurut penulis, setidaknya ada 3 hal yang penting untuk di evaluasi yaitu mekanisme debat, eksistensi panelis, dan minimnya adu gagasan antar paslon. Mari kita analisis lebih jauh.
Mekanisme Debat
Pelaksanaan debat seharusnya menjadi ajang adu gagasan antar paslon dengan cara mengomentari atau menyanggah visi misi masing-masing calon. Oleh karena itu mekanisme debat harus di arahkan agar setiap calon bisa saling debat terkait visi misi yang mereka siapkan apabila terpilih nantinya. Oleh karena itu seharusnya format debat pada babak pertama adalah opening statment yang berisi pemaparan singkat visi misi masing-masing paslon, kemudian babak kedua pertanyaan langsung dari panelis yang ruang lingkup pertanyaannya tidak boleh keluar dari pemaparan visi misi yang di sampaikan setiap paslon di babak pertama (opening statment). Kemudian pada babak ketiga setiap paslon diberi kesempatan yang berimbang untuk saling bertanya atau debat terkait visi misi dan program yang mereka paparkan dibabak pertama. Lalu dibabak keempat giliran setiap calon Wakil walikota yang berdebat, dan babak kelima closing statment dari masing-masing paslon
Dengan demikian maka esensi debat sebagai bagian rangkaian kampanye lebih terasa bermakna karena topik yang diperdebatkan merupakan visi misi dan program unggulan masing-masing paslon.
Penentuan tema debat hanya menggiring arena debat seperti ajang cerdas cermat karena masing-masing paslon justru terjebak pada konsep dan catatan yang mereka persiapkan menjelang debat. Atau justru terkesan hanya menghafal materi yang disampaikan konsultan politik setiap paslon. Publikpun pada akhirnya tidak bisa menilai calon mana yang benar-benar menguasai visi misinya, apalagi jika visi misi dibuatkan oleh para ahli. Sehingga sulit mengukur kapasitas dan gagasan setiap calon jika mekanisme debatnya keluar dari subtansi visi misinya.
Eksistensi Panelis
Kehadiran panelis pun seakan hanya menjadi bumbu penyedap rasa, karena hanya dihadirkan untuk mencabut pisball tema dan daftar pertanyaan. Akan jauh lebih elegan jika panelis langsung diberikan microfon dan langsung bertanya kepada paslon. Pertanyaan panelis pun tidak boleh keluar dari subtansi visi misi setiap paslon. Dengan begitu kecurigaan terkait daftar pertanyaan yang bocor sebelum debat berlangsung bisa dipertanggungjawabkan karena pertanyaan tersimpan di pikiran panelis bukan didalam amplop yang meskipun tersegel tapi tetap saja sulit untuk percaya kalau pertanyaan itu tidak bocor ke paslon.
Selain itu sebaiknya panelis yang dihadirkan merupakan tokoh atau figur lokal daerah yang mengetahui isu dan masalah yang terjadi di daerah. Bukan panelis impor dari luar yang pada akhirnya hanya mengajukan pertanyaan normatif, karena tidak mengetahui fakta empiris yang terjadi di daerah. Akan berbeda jika panelis lokal yang sudah memahami dan mengamati isu-isu krusial yang terjadi selama 5 tahun terakhir, sehingga pertanyaan panelis bisa mengarah kepada visi misi paslon sekaligus menanyakan strategi penyelesaian masalah berdasarkan data faktual yang sudah dianalisis oleh panelis, dengan begitu publik bisa melihat kemampuan setiap paslon dalam memberikan jawaban yang solutif atau justru paslon tersebut tidak memahami masalah yang ditanyakan panelis.
Minim Adu Gagasan
Debat yang harusnya menjadi ajang adu gagasan dan kemampuan beretorika tidak dapat kita saksikan di debat paslon sesi pertama kemarin, pasalnya hampir setiap paslon fokus pada contekan yang sudah dipersiapkan sebelum pelaksanaan debat. Sejatinya sebagai pasangan calon Walikota dan wakil walikota setiap paslon sudah menguasai visi misi dan programnya. Sehingga dalam pelaksanaan debat nantinya sisa mengatur strategi terkait pembagian topik yang akan mereka sampaikan, misalnya walikota bicara visi misi dan Wakil wali kota bicara program unggulan.
Dengan begitu publik bisa menilai sejauh mana masing-masing paslon menguasai visi misi serta mengetahui strategi yang akan dilakukan setiap paslon dalam mewujudkan visi misinya nanti ketika terpilih.
Visi misi menjadi dokumen penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Oleh karena itu adu gagasan terkait visi misi paslon perlu dikampanyekan dalam pelaksanaan debat agar para calon pemilih bisa menilai paslon manakah yang layak untuk memimpin kota Parepare. Paslon mana yang visi misinya sejalan dengan kebutuhan masyarakat kota Parepare atau justru visi misi hanya sekedar omon-omon belaka. Semoga saja tidak
Mudah-mudahan debat kedua nanti akan lebih baik, serta semakin menarik. Dan tentunya visi, misi dan program kerja semua Paslon, dapat tersampaikan secara jelas, lugas, dan mantap. (*)