MAKASSAR, PIJARNEWS.COM — Perfilman di Indonesia terlihat bangkit dari jumlah produksi film yang dihasilkan pada tahun 2015 yang mencapai 127 judul dengan rata-rata pembuatan film selama 6-12 bulan. Akses permodalan yang luas memperbesar peluang perfilman Indonesia untuk lebih maju.
Harapan besar tumbuh untuk perfilman di Makassar. Industri perfilman di Makkassar telah bangun dari mati surinya, para sineas Makassar kembali bersemangat untuk belajar bagaimana caranya membuat film-film yang bermutu.
Namun sekarang menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap karya konten lokal terbilang susah, maka dari itu Inipasti Communika mempersembahkan film “Silariang” Cinta yang (tak) Direstui sebuah film yang mengangkat konten budaya lokal.
Hal tersebut dibahas pada Dialog bersama Kang Maman, dalam rangkaian acara Makassar Tradisional Game Festival (MTGF) 2017, belum lama ini.
“Siapa yang melestarikan budaya kalo bukan kita, ada banyak hal dalam budaya kita yang perlu kita tau, salah satunya silariang itu sendiri” tutur Mila selaku pembawa acara dialog tersebut.
Setelah produksi film Silariang penulis berdarah Minang, Oka Aurora melakukan riset tentang budaya Silariang dan Menerbitkan Novel Silariang Cinta yang (Tak) Direstui.
“Yang menarik dari Silariang adalah ketika Film yang diproduksi terlebih dahulu kemudian novelnya, tidak seperti film yang lain,” tutur kang Maman. (rls)