Oleh : Ratih Ramadani, S. P.
(Aktivis Muslimah dan Pemerhati Remaja)
Israel dan Hamas saling menuduh gagal menepati perjanjian gencatan senjata yang dimulai pada Ahad (19/1/2025). Diberitakan dari BBC, perselisihan itu terjadi pada Sabtu (25/1/2025), ketika ribuan warga Palestina dicegah di Koridor Netzarim saat hendak kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza utara.
Pemerintah Israel memblokir jalan utama dan menuduh Hamas melanggar ketentuan kesepakatan gencatan senjata. Sebelumnya, Hamas telah membebaskan empat tentara perempuan Israel, sedangkan Israel membebaskan 200 tahanan Palestina. (Kompas.com)
Akar Masalah
Gencatan senjata untuk menghentikan peperangan mungkin kabar yang menggembirakan. Bagaimana tidak, setelah dibombardir bertahun-tahun, blokade, hidup dalam ketakutan, tentunya kehidupan yang tenang dan aman adalah sebuah harapan.
Namun, umat Islam patut waspada. Sejarah mencatat, Yahudi adalah manusia berkarakter pengkhianat. Mereka bisa menyerang warga Gaza kapan saja, meski harus melanggar kesepakatan gencatan senjata. Umat tidak boleh lupa, pada (3-8-2014) lalu, entitas Yahudi melakukan serangan dan menghancurkan sekolah PBB di Rafah, Gaza sehingga mengakibatkan puluhan kaum muslim menjadi syuhada. Begituan pula pada 2018—2019 dan 2021, Yahudi juga melakukan pelanggaran terhadap gencatan senjata.
Namun, beberapa jam setelah pengumuman gencatan senjata, Israel kembali melancarkan serangan ke Gaza. Pesawat tanpa awak membombardir tempat penampungan dan rumah warga, yang mengakibatkan 82 orang Palestina tewas. Warga Gaza kembali dilanda rasa takut. Zionis Israel kembali menunjukkan wajah aslinya sebagai kaum yang kejam dan sering mengingkari perjanjian.
Allah SWT telah memperingatkan kita tentang sifat Israel dalam QS. Al-Baqarah ayat 83, yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel: Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakan salat dan tunaikanlah zakat.
Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.”
Fakta menunjukkan, lebih dari 16 bulan setelah pembebasan Palestina (Badai Al Aqsa), Zionis Israel terus melakukan aksi genosida terhadap warga Gaza.
Jumlah korban tewas diperkirakan lebih dari 46.000 jiwa, dengan lebih dari 100.000 orang terluka, dan sekitar 11.000 orang hilang. Lebih dari 70% korban adalah perempuan dan anak-anak.
Mereka menargetkan pemukiman warga, sekolah, pasar, bahkan rumah sakit. Setiap jam, militer Zionis membunuh dua ibu dan seorang anak Palestina.
Gencatan senjata antara Zionis Israel dan Palestina bukanlah hal baru. Sebelumnya, kesepakatan serupa sering dilakukan, namun selalu dilanggar oleh Israel. Hasbi Aswan, pengamat hubungan internasional dari Universitas Islam Indonesia, menyatakan pesimis bahwa Zionis Israel akan mematuhi kesepakatan ini.
Menurutnya, Zionis Israel tetap tidak ingin keluar dari Palestina dan menganggap keberadaan Hamas sebagai ancaman.
Di kalangan Zionis, terdapat perbedaan pendapat. Sebagian ingin gencatan senjata, sementara yang lain ingin melanjutkan perang untuk menghancurkan Hamas.
Hasbi Aswan menilai, gencatan senjata hanya merupakan jeda dalam konflik yang berpotensi meletus kembali (voaindonesia.com17/1/2025).
Pakar politik muslim ideologis berpendapat bahwa siapa pun yang memahami akar masalah penjajahan Palestina oleh Zionis Israel akan tahu bahwa gencatan senjata bukanlah solusi yang tepat. Bahkan, gencatan senjata ini bisa jadi adalah strategi penjajah untuk memanfaatkan kelemahan mereka dalam menghadapi ketangguhan rakyat Palestina yang berjuang sendirian, di tengah ketidakpedulian negara-negara Muslim di sekitarnya.
Solusi Pandangan Islam
Islam menggambarkan bahwa nyawa seorang Muslim sangat berharga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan pembunuhan seorang Muslim.”
Allah SWT bahkan murka atas pembunuhan seorang Muslim, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW dalam HR. ath-Thabrani: “Andai penduduk langit dan bumi berkumpul untuk membunuh seorang Muslim, sungguh Allah akan membanting wajah mereka dan melemparkan mereka ke dalam neraka.”
Maka, tidak ada jalan lain untuk membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan Zionis Israel selain dengan mengusir mereka dari tanah Palestina. Nasib Gaza ada di tangan kaum Muslim. Bukankah Rasulullah SAW menyebutkan bahwa kaum mukmin satu sama lain ibarat satu tubuh? Jika satu bagian sakit, maka sekujur tubuh akan merasakan demam? Demikian pula, kita sebagai sesama Muslim merasakan penderitaan rakyat Palestina dan wajib membantu membebaskan mereka dari penjajahan.
Untuk mengusir Zionis Israel, tidak bisa hanya mengandalkan penguasa-penguasa Muslim saat ini yang hanya retorika tanpa aksi. Banyak di antara mereka bahkan masih bekerja sama dengan penjajah Zionis Israel dan pendukungnya.
Pengusiran Zionis Israel harus dilakukan dengan kekuatan militer yang berlandaskan akidah Islam, yakni dengan perang jihad fi sabilillah. Kekuatan militer yang berlandaskan akidah Islam hanya dapat terwujud dalam naungan institusi Khilafah (sistem Islam) , yang memiliki tentara yang kuat.
Zionis Israel tidak mengerti bahasa diplomasi; hati mereka keras seperti batu. Mereka hanya mengerti bahasa perang—ditembak atau menyerang.
Oleh karena itu, semakin jelas umat Islam membutuhkan sistem pemerintahan islam (Khilafah) , sebagai penyatu dan pelindung umat Islam di muka bumi ini. Hanya dengan sistem islam atau Khilafah, berbagai penderitaan dan penjajahan terhadap kaum Muslim dapat diakhiri.
Wallahu’alam bishowab