MAKASSAR, PIJARNEWS.COM — Gubernur Sulawesi Selatan, Prof HM Nurdin Abdullah melepas sebanyak 88 pendamping gizi dan konselor stunting (gizi buruk) di Sulsel.
Mereka berasal dari di berbagai daerah, terdiri dari 70 orang tenaga medis, yakni Bone 40 orang, Enrekang 30 orang dan tenaga konselor sebanyak 18 orang.
Pelepasan pendamping gizi dan konselor dihadiri Bupati Enrekang, Muslimin Bando, Dinas Kesehatan kabupaten kota se-Sulsel.
Nurdin Abdullah, meminta pendamping dan konselor, bekerja maksimal menekan angka stunting di Sulsel.
Menurutnya, stunting disebabkan faktor ekonomi rumah tangga. Padahal, sejak dari dalam kandungan harus mendapatkan perhatian khusus ibu hamil sampai pada umur 1.000 hari pertama.
“Asupan gizi yang baik tidak harus yang instan. Tapi banyak dari alam, nah inilah yang kita harus diolah masyarakat kita di daerah agar mendapatkan bahan pangan bergizi dan seimbang,” ujarnya.
Masalah ekonomi yang menjadi masalah yang ada di kehidupan berumahtangga,” katanya, di Hotel Best Western Makassar, Senin, 3 Agustus 2020.
Nurdin Abdullah mengapresiasi, program Gammara ‘NA atau gerakan masyarakat mencegah stunting yang digagas Dinas Kesehatan Pemprov Sulsel.
“Saya mengapresiasi seluruh peserta pelatihan gizi dan konselor stunting yang hadir hari. Ini adalah tugas mulia untuk mendorong generasi-generasi kita ke depannya,” ujarnya.
Nurdin berharap, generasi ke depan memiliki kemampuan dan menjadi generasi yang memiliki daya saing, cerdas serta berprestasi kelak memasuki usia remaja dan dewasa.
Ia meminta, seluruh peserta pelatihan gizi dan konselor ini tidak hanya menganggap pelatihan ini sekadar program saja. Namun, harus ditekuni menekan angka stunting di wilayahnya masing-masing.
Nurdin Abdullah meminta, semua pihak membantu pendamping dan konselor menjalankan tugasnya agar tiga tahun ke depan tidak ada lagi bayi gizi buruh.
“Kita ini daerah pertanian. Kasi makan 11 provinsi. Aneh masih ada warga kita yang kurang gizi,” jelasnya.
Kekurangan gizi terutama pada 1.000 hari pertama sejak di kandungan menjadi penyebab stunting.
“Saya mohon kita semua yang berada di desa tidak menganggap ini hanya sekadar program, tapi harus betul-betul diseriusi program ini,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Sulsel, Ichsan Mustari, menambahkan, program tersebut merupakan kolaborasi Pemprov Sulsel dengan kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dan Poltekes Makassar.
“Kita kerjasama dengan Unhas dan Poltekes Makassar,” katanya. (*)