PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Dinas Kehutanan, Pertanian, Perikanan dan Kelautan (PKPK) Kota Parpare, melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) di Pasar Sentral Lakessi, Kota Parpare, Selasa (6/2/2018).
Sidak ini dilakukan, pasca maraknya pemberitaan mengenai adanya telur ayam palsu yang ditemukan oleh warga perumahan D’Nila, Kelurahan Galung Maloang, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare, yang bernama Husna alias Unna.
Kepala Bidang Peternakan Dinas PKPK Kota Parepare, Wildana mengemukakan, sidak yang mereka lakukan ini, adalah menindak lanjuti berita yang telah terpublish di media bahwa ada temuan warga berupa telur yang diduga palsu, dan dikonsusmi dalam satu bulan terakhir ini.
“jadi hasil dari penulusuran, kami tidak menemukan telur yang diduga palasu seperti yang telah ditemukan oleh warga tersebut. Telur yang dikonsumsi oleh warga atas nama Unna itu, adalah telur tua yang terlihat dari bentuk fisiknya berbeda dengan yang asli,” urainya kepada sejumlah awak media, usai melakukan pemeriksaan telur di beberapa pedagang telur.
![](https://www.pijarnews.com/wp-content/uploads/2018/02/WhatsApp-Image-2018-02-06-at-14.27.31-300x169.jpeg)
Dalam sidak Dinas PKPK Kota Parepare ini, petugas memeriksa sejumlah telur yang ada di Pasar Lakessi dan memberikan penjelasan kepada konsumen untuk membedakan telur palsu dan telur asli.
Dalam penjelasan yang diakukan langsung oleh drh.Nurdin, salah seorang dokter hewan di Dinas PKPK Parepare, dikatakan, untuk membedakan telur asli dan palsu, harus terlebih dahulu dikethui dari kondisia usia telur tersebut.
“Katakanlah dua atau tiga minggu putih telur itu sendiri memang encer, berdasarkan informasi yang kami terima bahwa putih telurnya encer, memang benar telur yang sudah berusia lama dua atau tiga minggu itu sudah menunjukkan seperti itu,” jelasnya.
Wildana juga mengimbau kepada masayarakat, jika menemukan hal seperti itu agar tidak cepat mengekspose ke media sosial, dan diharapkan bila ada kecurigaan, dipersilahkan untuk melapor ke Dinas PKPK agar bisa dijelaskan.
“Kami mengimbau kepada masyarakat, aga tidak cepat mengambil kesimpulan. Apalagi meviralkan di media sosial. Sebab bisa merugikan pedagang telur dan masyarakat, jadi kami siap membantu jika ada temuan,” harapnya. (amr/abd)