PAREPARE, PIJARNEWS.COM – Pemerintah Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel) menyampaikan bahwa Badan Pusat Statistik atau BPS telah mencatat kenaikan harga beras pada bulan Februari lalu. Selain itu, meski penerapan teknologi untuk peningkatan produktivitas dilakukan, namun harga beras di lapangan masih menjadi tantangan.
“Dari catatan BPS bahwa harga beras pada bulan februari lalu. Mencapai level tertinggi dalam dekade ini,” ujar Kepala Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Wildana mewakili Penjabat (Pj) Wali Kota Parepare di Pesta Panen Musim 2023-2024 di Kelurahan Bumi Harapan, Kecamatan Bacukiki Barat, Selasa (2/4/2024) kemarin.
“Hari ini menunjukkan teori bahwa meskipun di indonesia adalah negara agraris, namun masih menghadapi tantangan dalam hal harga beras,” tambah dia.
Namun, Wildana menuturkan, pesta panen adalah hal yang patut disyukuri karena menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat.
Sehingga, seiring dengan jumlah penduduk yang meningkat, pemerintah akan fokus pada peningkatan produktivitas padi.
“Untuk pertumbuhan padi, akan difokuskan pada peningkatan produktivitas,” ucapnya.
Dengan masuknya musim panen, pemerintah berharap akan kembali normal. Namun tantangan dan akses distribusi perlu diperhatikan.
“Tantangan dan akses distribusi masih perlu diperhatikan agar petani merasakan manfaat dari kenaikan harga beras yang terjadi,” tegasnya dihadapan Kelompok Tani.
Sementara, BPS Kota Parepare menyampaikan ubinan atau hasil perkiraan padi melalui titik sampel. BPS mengaku hasil ubinan meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Jadi ada kenaikan dibanding tahun sebelumnya,” kata Staf Khusus BPS Parepare, Soedarmin mewakili Kepala BPS Suparno.
Soedarmin mengatakan, hasil yang diperoleh bersama penyuluh pertanian berada di angka 4 Kg.
“Kami dapatkan angka sementara angka 4 kg, jadi kita mau rata-ratakan hitungannya per hektare itu sekitar 6 ton,” rincinya dihadapan Kelompok Tani Barangan.
Dibanding tahun sebelumnya, diketahui secara bersama hasil tersebut menurun karena kondisi alam Parepare yang tidak menentu.
Sehingga, menurutnya ubinan angka sementara yang didapatkan tahun ini, masih berada di 4 Kg atau sekitar rata-rata 6 ton.
“Tapi ini masih dengan angka berjalan karena beberapa sampel itu belum masih menyelesaikan ubinan-nya,” pungkasnya.
Soedarmin mengatakan, usai Idul Fitri sampel tersebut akan diselesaikan. Sehingga diharapkan hasil tahun ini tidak menurun.
Meski begitu, belum bisa menetapkan secara keseluruhan di angka 4. Namun bersyukur di tahun ini hasil panen meningkat.
“Semoga, karena ini sementara masih berjalan jadi kami masih belum bisa menetapkan di angka 4 jadi sementara di 4,” katanya.
“Tapi kalau dibandingkan dengan tahun lalu ini sudah ada kenaikan, tahun lalu itu ada 3,8 kalau tahun sekarang rata-rata 3,4 hampir sama dengan 2022 diatas 4 jadi,” tandasnya.(*)
Reporter: Faizal Lupphy