PIJARNEWS.COM — Hari ini bertepatan dengan Hari Air Dunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret dan untuk tahun 2018 ini bertema “Nature for Water” sebagaimana diberitakan oleh portal berita Newsweek, hari Kamis, (22/3).
“Bagaimana kita bisa mengurangi banjir, kekeringan dan polusi air?” Demikian pernyataan Organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyelenggarakan Hari Air Dunia tiap tahunnya.
baca juga: Opini: Air Limbah, pada Hari Air Sedunia 2017
Pada tahun 2015 lalu, PBB menyetujui dan menetapkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang akan dicapai pada tahun 2030 untuk meningkatkan dunia tempat kita hidup.
Nomor enamnya adalah menjelaskan tentang komitmen semua negara untuk memastikan akses ke air dan sanitasi untuk semua orang.
Untuk menandai Hari Air Dunia 2018 ini, berikut ini 13 fakta yang mencengangkan:
- Menurut PBB, ada 2,1 miliar orang tidak memiliki air yang layak di rumah.
- Dari jumlah tersebut, terdapat 844 juta tidak memiliki akses ke layanan air minum, termasuk 263 juta orang yang melakukan perjalanan selama lebih dari 30 menit untuk mengambil air.
- Ada 159 juta masih minum air yang tidak diolah sehingga beresiko dengan kesehatan yang serius, seperti air dari sungai atau danau.
- Ada 663 juta orang yang hidup tanpa pasokan air bersih dekat rumah mereka.
- Terdapat Sekitar 71% dari permukaan Bumi tertutup air, menurut Sekolah Ilmu Air Survei Geologi Amerika Serikat.
- Jumlah pasokan air dunia setara dengan 332,5 juta mil kubik.
- Lautan menampung sekitar 97% dari semua air Bumi, yang berarti hanya 3% merupakan air tawar.
- Dari total air tawar dunia, 69% beku di es dan gletser dan 30% lainnya ada di tanah.
- Hanya 0,26% air dunia ada di danau air tawar.
- Hanya 0,001% dari semua air kita berada di atmosfer.
- Pada tahun 2050, populasi dunia akan bertambah sekitar 2 miliar orang yang tentunya meningkatkan permintaan air hingga 30%.
- PBB memprediksi lebih dari 80% air limbah kotor masyarakat mengalir kembali ke lingkungan tanpa pengolahan kembali.
- Sebanyak 71% lahan basah alami dunia telah hilang sejak tahun 1900 — dan itu adalah kesalahan manusia.
Sumber: website Newsweek (adl)