PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Indonesia berpotensi menjadi produsen kopi nomor satu diduna. Hal tersebut bisa tercapai, jika produksi kopi sudah menyentuh 1 ton per hektare.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman gencar mengembangkan kopi dan rempah-rempah. Berbagai program pengembangan pembibitan kopi, peningkatan produktivitas, manajemen usaha tani, pengolahan dan pemasaran digalakan untuk meraih target menjadi nomor satu di dunia. Posisi kopi Indonesia saat ini berada peringkat empat dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia.
Ternyata kopi khusus (specialty coffee) Indonesia sudah dikenal di Eropa dan Amerika dan menjadi tren dunia saat ini. Specialty coffee Indonesia antara lain kopi gayo, kopi mandailing, kopi lampung, kopi bajawa, kopi toraja, kopi lembah baliem.
“Saat ini ada 14 jenis kopi indonesia yang sudah mendapat sertifikat Geographical Indications (GI) sehingga memiliki keunikan yang bisa menjadi nilai tambah perdagangan,” ungkap Amran dalam keterangan tertulis, Minggu (24/9).
Berdasarkan data FAO, luas areal kopi Brazil hampir 2 juta hektar dengan produktivtas 1,4 ton per hektar. Sementara luas areal kopi di Vietnam 589 ribu hektar dengan produktivitas 2,3 ton per hektar dan Kolombia luas 795 ribu hektar dengan produktivitas 0,9 ton per hektar. Sedangkan kopi Indonesia seluas 1,23 juta hektar di antaranya 1,19 juta hektar milik perkebunan rakyat dengan produktivitas 0,6 ton per hektar.
Mutu kopi Indonesia belum stabil, sehingga ekspor saat ini didominasi (99 persen) dalam bentuk kopi biji/berasan (Coffee excluding roasted and decaffeinated). Sedangkan negara lainya sudah mengekspor kopi olahan.
“Optimis harus diraih, mengingat Indonesia negara tropis dengan wilayah pegunungan yang membentang dari ujung pulau Sumatera hingga ke Papua, potensial untuk kopi,” jelas Amran.
Langkah awal yang telah dilakukan, para ahli kopi ditugaskan ke Vietnam untuk mempelajari teknik meningkatkan produktivitas kopi. Selanjutnya pada APBN-P 2017 dan APBN 2018 digenjot dengan peningkatan produkvitias, pengembangan 8.700 hektar kawasan kopi, perbenihan 3 sampai 4 juta batang per tahun, pasca panen dan pemasarannya.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan, Suwandi menambahkan, langkah Kementan guna mendongkrak daya saing kopi Indonesia, yakni pertama, meningkatkan sistem pembibitan, pupuk dan tata kelola air sehingga tahun depan produktivitas naik menjadi 1 ton per hektar yang berarti meraih peringkat kedua dunia. Kedua, program replanting untuk mengganti tanaman kopi yang kurang produktif.
Ketiga, memperluas luas areal tanam kopi jenis arabika yang bernilai ekonomi tinggi sehingga populasi kopi robusta dan arabika menjadi seimbang. Keempat pengembangan kopi dengan jenis kopi khusus (specialty coffee) dari berbagai daerah di Indonesia yang bernilai tinggi.
Kelima, bersama instanasi terkait yaitu Kemenperin, Kemendag, BPOM bersama swasta, Asosiasi Pengusaha dan Petani Kopi Indonesia lebih intensif dan kontinyu mempromosikan kopi Indonesia di dalam maupun ekspor luar negeri terutama ke Amerika Serikat, Jerman dan Jepang serta berupaya mengendalikan impor.
“Pengembangan kopi difokuskan pada 10 provinsi sentra yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Timur, Bengkulu, Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur dengan kontribusi 87 persen produksi nasional, serta 24 provinsi lainnya dengan share 13 persen,” tandas Suwandi.