MAJENE, PIJARNEWS.COM--Kemajuan teknologi menghadirkan peluang dan tantangan dalam penguatan nasionalisme dan kebangsaan.
Memasuki Era Digital 5.0, interaksi masyarakat di dunia makin cepat, penetrasi nilai-nilai global semakin meningkat.
Dengan fasilitas internet, akses informasi semakin mudah, tidak lagi dibatasi sekat wilayah. Hubungan antar budaya dan bangsa juga makin dekat.
Pembahasan penguatan kebangsaan, nasionalisme serta nilai kebhinekaan di era digital 5.0 itu mengemuka dalam Seminar Kebangsaan bertema “Penguatan Rasa Kebangsaan dan Nasionalisme Generasi Muda dalam Konteks Kebhinekaan” yang berlangsung di aula kampus STIKes Bina Bangsa Majene, Jumat (31/1/2025).
Dalam acara yang digelar Jaringan Muda Sulbar tersebut, hadir sejumlah pemateri antara lain; Ketua Program Studi Ilmu Politik Unsulbar Asriansi, M.Si, Ketua STIKes Bina Bangsa Yuliana, M.Kes, Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Quran Majene Ustaz Arifuddin Rowa serta Ketua GARANSI Sulbar, Zulkarnain Hasanuddin.
Peserta seminar berasal dari berbagai unsur, mulai mahasiswa dari berbagai kampus di Sulbar dan Sulsel, santri pesantren dan pelajar.
Dalam seminar tersebut terungkap, bahwa Era 5.0 atau Society 5.0 adalah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup.
Konsep Society 5.0 tersebut menekankan pada integrasi teknologi ke dalam kehidupan sehari-hari.
Era Digital 5.0 saat interaksi budaya semakin cepat dari luar negeri, hal tersebut berpotensi menggerus budaya lokal.
“Literasi tentu sangat penting, sehingga masyarakat dan generasi muda khususnya lebih kritis menerima derasnya informasi, kemudian di lain sisi, kreativitas harus terus dibangun agar semakin bangga ber-Indonesia,” kata Zulkarnain yang berlatar belakang pemberdayaan masyarakat.
Dua dosen perempuan yang menjadi pemateri; Ketua STIKes BBM Yuliana dan Ketua Prodi Asriani sama-sama menekankan pemahaman tentang cinta tanah air di tengah kemajuan teknologi informasi.
” Kita hidup di tengah masyarakat yang beragam, semangat bersama menerima kebhinekaan itu adalah sangat penting,” kata Asriani.
” Indonesia sangat kaya dengan budaya, beragam suku dan etnis, itu kekayaan yang sangat berharga, dengan kekayaan itu kita harus bangga,” ungkap Ketua STIKes Yuliana.
Toleransi
Pemateri lainnya, Ustaz Arifuddin Rowar menyampaikan bahwa semua agama prinsipnya mengajarkan umatnya untuk mencintai tanah airnya.
” Di tengah keragaman agama kita di Indonesia, toleransi menjadi utama terus dijaga, itu juga yang menjadi atensi kami selaku pembina keagamaan dalam terus mendorong moderasi beragama” katanya.
Arifuddin Rowar yang juga pimpinan pondok pesantren Tahfidz Quran Assyifa, Pakkola, Majene meminta para mahasiswa dan pelajar yang menjadi peserta seminar agar mewujudkan cinta tanah air dengan menjaga etik dan moral.
Menurutnya, generasi muda juga penting terus menjaga sikap menghargai, menghormati simbol dan lambang negara. (rls)