PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Kasus pencemaran laut di sekitar perairan pantai Cempae, Soreang, Parepare, Sulawesi Selatan, yang bersumber dari tumpahan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar Kapal Golden Pearl XIV, milik PT.Soechi Lines Tbk (SOCI), pada Kamis lalu (10/1/2019), kini berbuntut panjang. Pasalnya, sejumlah elemen berencana akan melayangkan gugatan atau class acation. Salah satu ormas yang akan menggugat adalah Pemuda Pancasila.
Ketua MPC Pemuda Pancasila Parepare, Fadly Agus Mante saat dihubungi Pijarnews mengatakan, untuk saat ini pihaknya sementara konsen mengolah data dan informasi, selanjutnya akan mengajukan gugatan class action bersama beberapa organisasi pemerhati lingkungan lainnya di Sulsel.
“Saat ini kami berkonsentrasi mengumpulkan data di lapangan dan berencana berjejaring dengan beberapa organisasi pemerhati lingkungan, dan selanjutnya kami layangkan gugatan class action,” tegas Fadly.
Fadly menganggap ada unsur kelalaian pada saat solar itu tertumpah dari kapal Golden Pearl XIV Milik PT Soechi Lines Tbk ini, hal ini diduga melanggar Undang-undang (UU) 32 tahun 2009 tentang lingkungan hidup.
“Tuntutan hukumnya, sesuai UU 32 ada kurungan badan bagi direksi dan ganti rugi Rp3 Miliar – Rp13 Miliar,” katanya.
Ia pun sangsi jika solar yang tumpah ke pantai Cempae ini, berasal dari pendingin LO Cooler A/E kapal tanker, karena jumlahnya cukup banyak.
“Jika benar dari Lo cooler akan sangat fatal, mesti kalau kerusakan kapal tanker tidak serta merta berlayar, bisa ada ledakan kalau tidak ada perbaikan, jadi pertanyaannya, apakah benar dari tanki Lo cooler?” katanya.
Sementara itu, kata Fadly, Kementerian Lingkungan Hidup dalam proses penyelidikan terhadap solar yang tumpah di pantai Cempae Soreang ini. Bahkan pengambilan sampel telah dilaksanakan pada Sabtu kemarin (12/1/2019), yang didampingi oleh sejumlah pengurus MPC Pemuda Pancasila Parepare, serta pengurus wilayah Badan Lingkunga Hidup (BLH) Pemuda Pancasila Sulsel.
Fadly meyayangkan adanya pembiaran Kapal Tanker Golden Pearl XIV milik PT.Soechi Lines ini keluar dengan leluasa untuk meninggalkan dermaga Jetty Pertamina. Apalagi kebocoran BBM jenis solar yang tumpah di pantai dalam jumlah sangat besar, sampai penduduk sekitarnya dapat memgumpulkan ribuan liter solar hanya dari pantai.
Ia mempertanyakan data dari pihak Pertamina, jika solar yang tumpah itu 0,8 kiloliter. Berdasarkan hitung-hitungan, 0,8 kiloliter jika dipecah menjadi 800 liter. Jika dimasukan ke drum besar hanya muat untuk empat drum. Padahal seperti telah dilaporkan, satu penduduk saja telah dapat mengumpulkan 10 drum solar dalam tempo singkat 3 jam. Bayangkan jumlah solar yang tertumpah sebenarnya berapa banyak dengan fakta masyarakat berbondong-bondong ke Pantai menimba solar yang tumpah selama seharian. Tentunya jumlah solar yang tumpah sebenarnya beribu-ribu liter.
“Ini lucu, investigasi dan fakta lapangan masyarakat berbondong-bondong mengambil solar berjrigen-jrigen. Jadi tidak berbanding lurus 800 liter, karena banyak jrigen berisi solar yang diambil oleh masyarakat. Tidak mungkin 0,8 kiloliter jika mengacu pada banyaknya jrigen solar yang dibawa masyarakat,” katanya.
Bayangkan, kata Fadly, jarak kapal dari pantai sekira 100 meter, dan jika pantai yang tercemar hanya 200 meter berarti air laut mengandung minyak solar adalah 10,000 meter persegi dalam bentuk segitiga. Ditambah lagi, bila tebalnya tumpahan solar hanya 1 Cm saja, ini berarti minyak yang tumpah mencapai setidaknya 100.00 liter. Tentunya jumlah minyak yang tumpah sebetulnya jauh lebih besar lagi karena cakupan pencemaran minyak ini jauh lebih luas daripada 200 meter garis pantai.
“Kami menduga ada upaya pembodohan pemilik kapal dalam penjelasan kepada Pertamina, dimana tumpahan solar tersebut dikatakan karena kerusakan LO Cooler kapal,” kata Fadly.
Menurt Fadly, LO Cooler tidak menggunakan solar sama sekali, jadi tidak mungkin solar tumpah ke laut disebabkan oleh LO cooler. Seharusnya Pertamina mencermati penjelasan tersebut yang sarat dengan keanehan dan kejanggalan sebelum memperbolehkan kapal tersebut beroperasi kembali.
Fadly juga berharap semua instansi dan LSM turut mengawal investigasi kejadian ini agar fakta dan kebenarannya dapat terungkap.
Editor: Abdillah.Ms