PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Lima hari pasca insiden tumpahan solar di perairan Pantai Cempae, Soreang, Parepare, namun hingga kini belum ada tindakan pemeriksaan terhadap kapal tanker Golden Pearl XIV milik PT Soechi Lines TBK. Sejauh ini pemeriksaan masih sebatas uji lab air laut yang terdampak tumpahan solar.
Praktisi Hukum Makmur Raona menilai, kapal tanker milik Soechi ini harus bertanggung jawab dan bisa dipidanakan jika memenuhi unsur pencemaran lingkungan.
“Untuk tahu kesengajaan atau kelalaian, proses dapat dilihat dalam penyelidikan, dan akan bisa ditentukan apakah unsur kesengajaan atau kelalaian atau tidak,” kata Makmur, Selasa (15/1/2019).
Makmur Raona menjelaskan, jika ada unsur kesengajaan maupun kelalaian menumpahkan minyak solar, maka PT Soechi Lines pemilik kapal Golden Pearl XIV dapat dipidanakan. Ancaman hukumannya tidak main-main, kata Makmur, karena bisa didenda Rp13 Miliar, atau kurungan badan bagi Direksi Soechi Lines di atas lima tahun.
“Sisi pidana, lihat apakah ditemukan unsur kesengajaan atau tidak, kami belum masuk kesana, kalau sengaja pidana menanti dia. Pidananya, bisa orang atau badan akibat melakukan pencemaran lingkungan,” katanya.
Di sisi lain, kata dia, sewaktu kapal milik Soechi menumpahkan solar, pada Kamis (10/1/2019), ikan selama dua hari tidak mendekat ke keramba milik nelayan. Nelayan pun praktis dirugikan atas hal itu, karena tidak mendapatkan ikan untuk mereka jual. Padahal ikan adalah mata pencaharian utama masyarakat sekitar pesisir pantai Cempae, Parepare.
“Solar itu bisa mencemarkan lingkungan ekosistem mangrove termasuk nelayan tidak memperoleh ikan, sudah pasti nelayan rugi,” katanya.
Zainal Abidin, salah seorang nelayan setempat mengaku, dua hari kerambanya kosong sejak dari kejadian solar tumpah itu. Hal yang sama juga dialami oleh nelayan lainnya yakni Muhamad Yusuf.
“Dua hari saya tidak dapat ikan, padahal saya nelayan. Kalau mengandalkan pergi melaut malam, itu tidak cukup,” kata kedua nelayan Cempae ini.
Lebih lanjut dikatakan, pada saat nelayan mengetahui adanya tumpahan minyak, beberapa nelayan pemilik keramba berharap dapat bertemu dengan kapten kapal untuk bertanggung jawab.
“Tidak lama kapal sudah tidak ada di jetty. Saat pas terjadinya kan kita tidak langsung tahu itu karena kapal Golden Pearl XIV, begitu kita tahu, kami mau temui mereka, tetapi kapal sudah tidak ada. Aneh sekali, masa kapal tumpahkan minyak malah kabur, itikad baiknya dimana,” keluhnya. (*)
Editor: Adillah Ms